Bos Badan Pangan Blak-blakan soal Nasib Kebijakan Beras Satu Harga

3 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi buka-bukaan soal kelanjutan wacana kebijakan beras satu harga yang sempat dikaji usai ramai kasus beras oplosan.

Ia mengungkap hingga saat ini pembahasan mengenai penyatuan harga beras medium dan premium belum berjalan.

"Kan sampai sekarang enggak ada (kelanjutan). Belum ada (update beras satu harga)," kata Arief di Kantor Bapanas, Jakarta Selatan, Rabu (24/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief menjelaskan agenda utama pemerintah belakangan ini lebih fokus pada pelepasan stok Perum Bulog, termasuk beras dan jagung, ketimbang membahas penyatuan harga.

Menurutnya, isu satu harga sempat mereda setelah pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium dari Rp12.500 menjadi Rp13.500 per kilogram (kg).

"Artinya pada waktu itu harga itu memang harus dinaikkan karena cost structure usaha tani itu enggak masuk," jelasnya.

Meski HET beras medium sudah naik, Arief menegaskan wacana satu harga masih belum kembali ke meja rapat.

Ia menyebutkan saat ini prioritas pemerintah adalah menjaga keseimbangan harga di tingkat hulu dan hilir, bukan menyeragamkan harga beras.

"Yang urgent pada waktu kemarin itu adalah menyeimbangkan harga di hulu sama hilir. Kalau satu harga kan sampai hari ini kan masih ada premium, masih ada medium, masih ada semua," ujarnya.

Arief menambahkan dinamika harga beras juga dipengaruhi oleh beras khusus yang sempat melonjak akibat keterbatasan pasokan beras premium. Namun, kini harga beras khusus sudah turun di bawah Rp100 ribu per 5 kg atau setara di bawah Rp20 ribu per kg.

Sebelumnya, Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa menyampaikan kebijakan satu harga beras tetap akan dijalankan sesuai arahan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas). Hanya saja, langkah awal yang ditempuh adalah menaikkan HET beras medium agar industri penggilingan padi bisa tetap berproduksi.

"Begini, jadi ini (kenaikan HET) adalah jalan pendek. Karena kalau tidak dilakukan penyesuaian, teman-teman penggilingan padi enggak berani berproduksi. Karena memang harganya terlalu tinggi GKP (gabah kering panen)-nya kita, dia akan sulit melakukan produksi menghasilkan beras dengan posisi Rp12.500 per kg," kata Ketut dalam sebuah diskusi publik di Jakarta Selatan beberapa waktu silam.

Ia menegaskan arah kebijakan ke depan adalah penyatuan harga agar pasar tidak lagi terbelah antara beras medium dan premium. Namun, keputusan final akan dibahas bersama kementerian, lembaga, akademisi, hingga pelaku usaha perberasan.

"Pokoknya kita menunggu nanti sifatnya, arahnya adalah satu harga beras. Itu yang sudah pasti," ujarnya.

Adapun pemerintah telah menetapkan HET baru beras medium per 22 Agustus 2025 melalui Keputusan Kepala Bapanas Nomor 299 Tahun 2025. HET naik di seluruh zona wilayah, sedangkan HET beras premium tetap tidak berubah.

Pemerintah juga berencana menyederhanakan klasifikasi beras dengan hanya menyisakan dua jenis di pasar, yakni beras umum dan beras khusus.

[Gambas:Video CNN]

(del/dhf)

Read Entire Article
Entertainment |