CNN Indonesia
Jumat, 04 Apr 2025 14:55 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi potensi stagnasi ekspor minyak kelapa sawit ke Amerika Serikat (AS) imbas penerapan tarif impor baru dari Presiden Donald Trump ke Indonesia.
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono menyebut ekspor sawit ke AS selama ini terus naik dalam lima tahun terakhir dari semula di bawah 1 juta ton per tahun hingga kini di atas 1 juta. Menurutnya, imbas tarif 32 persen ke Indonesia, ekspor minyak sawit diprediksi akan stagnan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2024 ekspor minyak sawit ke US sebesar 2,2 juta ton. Paling tidak akan terjadi stagnasi besaran ekspor ke US," kata Eddy saat dihubungi, Jumat (5/4).
Eddy menjelaskan tak semua produk minyak sawit bisa digantikan minyak nabati lain. Misalnya, margarin tidak bisa dibuat dari minyak kedelai karena secara kesehatan justru dilarang sebab dapat menyebabkan kanker.
Demikian beberapa produk dari oleo chemical minyak sawit juga tidak bisa digantikan minyak nabati lain. Artinya, kata Eddy, jika minyak sawit tetap dibutuhkan maka yang akan dirugikan sebetulnya konsumen AS.
Meski begitu, Eddy mengatakan pihaknya tetap akan mencari alternatif pasar lain di luar AS imbas kebijakan Trump.
"Strategi yang dilakukan adalah selain penurunan beban di dalam negeri seperti Domestic Market Obligation (DMO), Persetujuan Ekspor (PE), dan Bea Keluar (BK), juga harus dicari alternatif pasar yang lain," ujarnya.
Per 2 April lalu, AS resmi memberlakukan tarif dasar 10 persen plus tambahan 32 persen untuk Indonesia. Ekspor Indonesia ke AS tahun lalu mencapai $US31 miliar (sekitar Rp500 triliun), dengan produk utama seperti alas kaki, tekstil, minyak nabati, dan alat listrik.
(fra/thr/fra)