Fakta-fakta Perang di Sudan, Penyebab hingga Ribuan Warga Dibantai

6 hours ago 4
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Perang saudara di Sudan kembali memanas hingga menyebabkan ribuan orang tewas dalam pembantaian massal oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di kota El Fasher pada Rabu (29/10).

Video yang beredar di media sosial dan diverifikasi Al Jazeera menggambarkan pasukan Rapid Support Forces (RSF) menyiksa hingga mengeksekusi warga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut fakta-faktanya:

Terjadi sejak 2023

Perang Saudara terjadi di Sudan bermula sejak April 2023 setelah terjadi perebutan kekuasaan antara militer negara itu dan pasukan Rapid Support Forces (RSF).

Hal ini bermula dari ketegangan yang muncul setelah tergulingnya Presiden Omar al-Bashir pada 2019 imbas kudeta. Ia sebelumnya berkuasa selama hampir 30 tahun setelah melakukan kudeta pada 1989.

Lalu, dua tokoh kuat yakni Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala militer yang kini memimpin pemerintahan sementara, dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti), pemimpin RSF, memperebutkan kekuasaan. Padahal, keduanya bersekutu dalam kudeta 2021, tetapi berselisih soal rencana integrasi RSF ke dalam militer nasional.

Perang tersebut telah menyebabkan kelaparan dan tuduhan genosida di wilayah Darfur barat, terutama setelah kota el-Fasher baru-baru ini jatuh ke tangan RSF, menimbulkan kekhawatiran terhadap keselamatan penduduknya.

Ratusan ribu warga tewas

Lebih dari 150 ribu orang tewas akibat konflik ini, dan sekitar 12 juta orang terpaksa mengungsi, yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

RSF kuasai hampir seluruh wilayah Darfur

Pada Oktober 2025, RSF berhasil merebut kota strategis El-Fasher, benteng terakhir militer di Darfur. Dengan jatuhnya kota ini, RSF kini menguasai hampir seluruh wilayah Darfur dan sebagian besar Kordofan.

Kemenangan ini memperkuat posisi RSF secara militer. Namun memicu kekhawatiran akan terjadinya genosida terhadap kelompok non-Arab.

80 persen fasilitas kesehatan lumpuh

Lebih dari 80 persen fasilitas kesehatan di wilayah konflik dilaporkan tidak berfungsi.

Akibatnya, penyakit menular seperti kolera dan malaria merebak, dengan lebih dari 3,4 juta anak di bawah usia lima tahun berisiko tinggi mengalami malnutrisi akut dan infeksi epidemi.

El-Fasher jadi simbol krisis kemanusiaan

Setelah dikepung lebih dari 18 bulan, El-Fasher kini menjadi pusat penderitaan warga sipil.

Pasukan RSF menutup akses bantuan makanan, menghancurkan kamp pengungsi Zamzam, dan membangun tembok tanah untuk menjebak penduduk di dalam kota.

Sekitar 250 ribu warga kini terperangkap di sana tanpa akses logistik memadai.

(ldy/pta)

Read Entire Article
Entertainment |