Jakarta, CNN Indonesia --
Smartphone mulai ditinggalkan oleh Gen Z dengan sejumlah alasan, salah satunya adalah digital detox. Lalu, apa gantinya?
Sebagai penggantinya, mereka menggunakan ponsel dengan teknologi lebih sederhana atau dumbphone.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan fitur yang terbatas, dumbphone menawarkan pengalaman pengguna yang lebih sederhana dan tidak adiktif dibandingkan dengan smartphone.
Perangkat ini memprioritaskan fungsi telepon dasar, seperti melakukan panggilan dan mengirim pesan teks sebagaimana Hp-Hp jadul. Mereka menghilangkan godaan platform media sosial.
Berjam-jam scrolling media sosial terbukti berdampak negatif pada kesehatan mental. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan potensial antara kebiasaan scrolling tanpa henti dan gejala ADHD, depresi, kecemasan, serta kurang tidur.
Lars Silberbauer, Chief Marketing Officer Nokia Phones dan HMD Global, mengatakan bahwa meningkatnya penggunaan dumbphone menandakan kesadaran yang semakin tumbuh di kalangan remaja tentang dampak teknologi terhadap kesehatan mental mereka.
"Dari penelitian, kita dapat melihat bahwa generasi muda mengalami masalah kesehatan mental, sehingga mereka memilih untuk menjauhi media sosial," kata Silberbauer pada April 2023 lalu, melansir Euronews.
Selain itu, dumbphone muncul atas kecurigaan Gen Z terhadap teknologi yang memanen data dan perhatian mereka. Kekhawatiran tersebut telah mendorong budaya retro yang terlihat pada kebangkitan piringan hitam, kaset, majalah, video game 8-bit, hingga telepon genggam jadul.
"Saya selalu benci harus selalu ada untuk semua orang," kata Rana Ali, dikutip dari The Guardian.
Mantan pekerja keuangan berusia 29 tahun yang sekarang menjadi produser musik dan rapper ini mengatakan kecepatan membalas pesan seakan-akan menjadi parameter saat ini.
"Seperti jika Anda mengirim WhatsApp ke seseorang dan mereka tidak segera merespons, maka ada sesuatu yang salah," tuturnya.
Nostalgia untuk Nokia 3310, ponsel "batu bata" dengan daya tahan baterai yang tampaknya abadi, mendorong peluncurannya kembali pada 2017. Namun, ponsel ini baru benar-benar meledak di AS tahun lalu, dipicu oleh unggahan TikTokers di bawah tagar #bringbackflipphones.
HMD, yang berada di belakang peluncuran kembali Nokia, melihat penjualan ponsel flip-nya berlipat ganda pada April 2023.
Pabrikan ponsel Punkt, yang lebih suka menyebut gawai semacam ini sebagai feature phone atau ponsel minimalis, juga mengalami peningkatan penjualan yang substansial.
Pergerakan offlining atau minimalis digital juga terlihat pada penurunan penggunaan media sosial oleh Gen Z. Menurut lembaga riset GWI, mereka adalah satu-satunya generasi yang rentang waktu di media sosialnya menurun sejak 2021.
Gen Z tumbuh dalam dunia yang sepenuhnya digital, tapi semakin banyak juga yang ikut serta dalam digital detox. Mereka berharap dapat membatasi penggunaan media sosial dengan mengurangi penggunaan smartphone.
Melansir Newsweek, Jumat (23/5), banyak pelaku detoksifikasi digital melaporkan bahwa mengurangi waktu di depan layar membuat mereka lebih produktif. Mengurangi waktu di depan layar dapat secara dramatis meningkatkan rentang perhatian dan juga dapat mendorong orang-orang yang sedang offline untuk memprioritaskan hubungan di dunia nyata.
Namun, offlining memiliki masalah, yakni aktivitas di dunia ini semakin sulit bagi orang-orang tanpa smartphone.
Sebagai contoh, beberapa layanan publik mulai memberlakukan pendaftaran secara online, atau restoran yang menyediakan menu dalam bentuk QR.
Infografis Hal Unik Pengguna Nokia 3310 di Indonesia (Foto: CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
(lom/dmi)