Kementan Pastikan Beras Medium Aman dan Surplus, Tak Ada Impor

1 hour ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa tidak ada impor beras medium yang masuk ke Indonesia. Seluruh kebutuhan beras medium nasional dipenuhi oleh produksi dalam negeri yang pada 2025 diproyeksikan mencapai 34,79 juta ton, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Dengan capaian tersebut, Indonesia berada dalam kondisi surplus beras medium, sehingga pasokan nasional aman dan stabil. Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan, Moch Arief Cahyono yang menyatakan bahwa seluruh pemasukan beras pada 2025 merupakan bagian dari kebijakan beras khusus dan beras industri berbasis neraca komoditas. Kebijakan tersebut memastikan bahwa hanya jenis beras yang tidak diproduksi dalam negeri atau dibutuhkan sebagai bahan baku industri yang dapat masuk.

"Yang perlu dipahami publik, tidak ada satu pun impor beras medium. Yang masuk hanya beras kebutuhan khusus, beras premium tertentu, dan beras industri. Tidak menyentuh konsumsi masyarakat umum," kata Arief.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia merinci bahwa jenis beras yang masuk meliputi beras pecah 100% atau menir (HS 1006.40.90) sebagai bahan baku industri; beras kebutuhan khusus termasuk untuk penderita diabetes; serta beras khusus untuk restoran asing dan hotel. Selain itu, terdapat varian khusus berkode HS 1006.30.99 seperti basmati, jasmine, dan japonica dengan tingkat kepecahan maksimal 5% yang memang tidak diproduksi di Indonesia.

Arief memastikan bahwa pemasukan beras khusus tersebut tidak memengaruhi pasar beras medium dan tidak menekan harga gabah petani.

"Segmen industri harus berjalan, tetapi stabilitas pangan dan perlindungan petani tetap menjadi prioritas," ujarnya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartin mengatakan bahwa impor beras pada Oktober 2025 tercatat sebesar 40,7 ribu ton, dengan kumulatif pada Januari-Oktober 2025 mencapai 364,3 ribu ton senilai US$178,5 juta. Pudji menyebut, seluruhnya merupakan kategori beras khusus dan industri, bukan beras medium.

Pada saat bersamaan, beras mengalami deflasi terdalam sepanjang 2025 pada bulan November. BPS mencatat deflasi beras mencapai 0,59 persen (month to month). Pudji Ismartini menjelaskan bahwa deflasi tersebut dipicu oleh peningkatan ketersediaan beras selama musim panen, penyesuaian harga antar kualitas, serta dampak penyaluran beras SPHP di berbagai pasar.

"Bersyukur tahun ini kebutuhan beras medium kita aman dari tangan petani dalam negeri dan sudah surplus. Produksi kita mencukupi, sehingga tidak ada alasan untuk impor beras medium. Petani tetap menjadi prioritas utama," pungkas Arief, mengingatkan kembali akan komitmen pemerintah.

(rea/rir)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |