Massive Attack Boikot Israel, Gabung Gerakan No Music for Genoside

2 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Pionir trip-hop Inggris, Massive Attack, bergabung dengan band dan musisi lain dalam upaya memblokir streaming lagu mereka di Israel sebagai bagian dari kampanye boikot budaya atas situasi di Gaza.

Mereka mengumumkan bergabung dengan No Music for Genocide, gerakan kolektif musisi baru yang terinspirasi dari grup Film Workers for Palestine di industri perfilman dan acara televisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Massive Attack, yang memiliki hampir delapan juta pendengar bulanan di Spotify, pada Kamis (19/9) menyatakan telah meminta label rekaman Universal untuk menghapus seluruh musik mereka dari layanan streaming yang tersedia di Israel.

Situs No Music for Genocide menyatakan bahwa mereka menyatukan lebih dari 400 artis dan label rekaman yang "telah memblokir secara geografis dan menghapus musik mereka" dari Israel sebagai protes atas kebengisan di Gaza.

Namun, seorang jurnalis AFP di Yerusalem memberitakan masih dapat mendengarkan Massive Attack dan artis-artis papan atas lainnya, seperti band Irlandia Fontaines DC dan rapper punk Kneecap pada Jumat (19/9) sore.

Di situs webnya, mereka menawarkan saran kepada para artis tentang cara memblokir lagu-lagu mereka secara geografis agar tidak tersedia di platform streaming di Israel.

[Gambas:Video CNN]

Boikot Spotify

Massive Attack juga mengumumkan bahwa mereka telah meminta Universal untuk menghapus semua lagu mereka dari Spotify terkait investasi CEO platform streaming Swedia tersebut di sebuah perusahaan rintisan pertahanan Eropa.

Daniel Ek, salah satu pendiri dan CEO Spotify, juga menjalankan perusahaan ekuitas swasta yang memimpin konsorsium investor yang menyuntikkan 600 juta euro ke Helsing, produsen kecerdasan buatan dan drone militer Eropa, pada Juni 2025.

Ek yang juga merupakan ketua Helsing menyatakan di situs webnya bahwa misinya adalah "melindungi nilai-nilai demokrasi dan masyarakat terbuka."

Massive Attack, yang telah lama menjadi aktivis anti-perang, mengkritik hubungan antara Spotify dan Helsing, dengan mengatakan bahwa "uang hasil jerih payah para penggemar dan upaya kreatif para musisi mendanai teknologi distopia yang mematikan."

Spotify menolak berkomentar ketika dihubungi AFP, tetapi seorang juru bicara mengatakan kepada surat kabar Guardian bahwa Spotify dan Helsing adalah "perusahaan yang sepenuhnya terpisah" dan Helsing "tidak terlibat di Gaza."

"Teknologi kami dikerahkan ke negara-negara Eropa hanya untuk pencegahan dan pertahanan terhadap agresi Rusia di Ukraina," demikian pernyataan dari Helsing di situs webnya.

Seperti banyak aktivis lainnya, Massive Attack mengutip boikot budaya Afrika Selatan di era apartheid sebagai inspirasi tindakan mereka terhadap Israel.

"Keterlibatan dengan negara itu dianggap tidak dapat diterima," kata kelompok itu.

Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, banyak perusahaan industri musik menarik diri atau mengumumkan tindakan terhadap Rusia.

Spotify menutup kantornya di Moskow dan menghapus beberapa artis pro-perang yang dikenai sanksi dari platform tersebut.

Label rekaman besar seperti Sony, Universal, dan Warner semuanya menangguhkan operasi mereka di sana dan menyerukan diakhirinya kekerasan.

Massive Attack berpartisipasi dalam konser besar di London pada Rabu malam bertajuk "Together for Palestine" yang menampilkan artis-artis papan atas Inggris, termasuk band indie Bastille, Brian Eno, dan DJ Jamie xx.

Dengan sebagian besar pemerintah Barat menolak sanksi ekonomi besar terhadap Israel terkait perang Gaza, semakin banyak musisi, aktor, dan penulis yang bersuara dengan harapan dapat membangun tekanan publik untuk tindakan lebih lanjut.

(afp/chri)

Read Entire Article
Entertainment |