Review Film: Qorin 2

2 hours ago 2

img-title Endro Priherdityo

Tak banyak eksplorasi cerita yang ditampilkan dalam film ini.

Jakarta, CNN Indonesia --

Qorin 2 berusaha menampilkan dampak dari keadilan jalur yang benar tak terwujud, membuat manusia mengambil jalan pintas meskipun itu salah hanya demi mendapatkan sesuatu yang disebut "keadilan".

Ginanti Rona dan Lele Laila kembali berduet dalam sekuel Qorin (2022) yang berstatus standalone, alias kisah yang tidak secara langsung terkait dengan versi prekuelnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kali ini, pusat cerita juga berubah. Dari sebelumnya soal siswi nakal yang melakukan ritual pemanggilan makhluk halus, menjadi perjuangan seorang ayah menegakkan keadilan atas anaknya yang jadi korban perundungan di sekolah.

Tema perundungan ini sebenarnya menarik, terutama bagaimana berita soal bullying di instansi pendidikan makin marak dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, tema ini juga memperpanjang riwayat Lele menulis kisah film yang berangkat dari masalah sosial. Apalagi Lele juga masih bertahan berusaha menjadikan karakter perempuan sebagai penggerak cerita, termasuk untuk Qorin 2 yang sebenarnya berpusat pada sosok Makmur yang diperankan Fedi Nuril.

Namun Qorin 2 bisa dibilang bukan film horor yang berfokus pada hal mistik dan supranatural, tetapi lebih pada balas dendam yang gelap. Hal itu yang membuat film ini mungkin tak akan seram dari aspek 'ke-hantu-an', tetapi justru dari aspek penggambaran perundungan itu sendiri.

Film Indonesia Qorin 2 (2025). (Rapi Films)Review film Qorin 2: Lele tampaknya tak tanggung-tanggung dalam berimajinasi akan aksi perundungan yang mungkin bisa dilakukan murid SMA pada zaman sekarang. (Rapi Films)

Lele tampaknya tak tanggung-tanggung dalam berimajinasi akan aksi perundungan yang mungkin bisa dilakukan murid SMA pada zaman sekarang, yang saya akui cukup menjadi trigger saat menonton.

Ginanti Rona selaku sutradara pun menyambut baik imajinasi Lele tersebut. Ginanti dengan yakin menyembur-semburkan darah dalam sejumlah adegan gore, yang sepertinya juga tak bisa disaksikan sebagian penonton.

Cara itu mungkin dipilih Ginanti untuk menebalkan unsur dendam dan konflik fisik yang dibawa Lele dalam naskahnya. Namun sayangnya saya merasa gore dan dendam jauh lebih terasa dibandingkan dengan horor supranaturalnya, apalagi bila dibandingkan dengan muatan pesan film ini.

Belum lagi alur cerita film ini repetitif dan tidak mengalami perkembangan yang berarti selama nyaris dua jam durasi berjalan. Tak banyak eksplorasi cerita yang ditampilkan dalam film ini, yang mungkin membuat saya cukup bosan menyaksikan Qorin 2.

Alur repetitif memang sebenarnya bukan hal baru dalam film horor, bahkan drama. Namun pola yang sama tanpa memiliki kedalaman cerita, konflik, atau bahkan mungkin kejutan dari cerita Qorin 2, jelas membuat 1 jam 50 menit terasa begitu panjang berlalu.

Epy Kusnandar dalam film Qorin 2 (2025).Review Film Qorin 2: Epy Kusnandar selalu tampil prima. (Rapi Films)

Satu hal lain yang mungkin terasa mengganjal adalah narasi dan pemahaman soal qorin itu sendiri yang terasa menjadi "missing part" dari Qorin 2. Apalagi status film ini yang standalone, bisa jadi akan membuat penonton baru atau tak paham soal konsep jin qorin merasa tersesat di dalamnya.

Sementara itu, saya berikan apresiasi kepada Fedi Nuril yang berani keluar dari zona nyamannya untuk mengambil peran gelap dalam film horor ini. Ia yang kerap dicap sebagai pria romantis dengan sisi hangat, kini bermain sebagai pria yang penuh dendam.

Apalagi dalam film ini, karakter Makmur minim dialog sehingga emosi dan rasa yang dituntut dari Fedi mesti dikeluarkan dengan non-verbal. Sayangnya, hal tersebut belum tereksekusi dengan sempurna oleh Fedi Nuril.

Hal itu yang membuat dendam Makmur mungkin hanya bisa dilihat saja di layar, tidak sampai ke luar dan membuat bergidik penonton.

Terlepas dari alur cerita yang repetitif dan persona 'lempeng' Fedi Nuril, Qorin 2 menampilkan kinerja baik dari tim sinematografi dan visual, desain produksi, tata rias, tata suara, serta menjadi salah satu salam perpisahan untuk mendiang Epy Kusnandar yang selalu tampil prima.

[Gambas:Youtube]

(end)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |