Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (27/11) mengumumkan dimulainya layanan militer pemuda sukarela baru pada pertengahan 2026.
Program ini dirancang untuk membantu Prancis menghadapi ancaman yang semakin meningkat di internasional, di tengah perang Rusia vs Ukraina yang belum usai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan ini merupakan bagian dari perubahan besar di Eropa. Beberapa negara selama puluhan tahun menikmati ketenangan berkat perlindungan keamanan Amerika Serikat.
Kini mereka merasa gelisah ke perubahan prioritas Presiden AS Donald Trump serta sikap Rusia yang semakin agresif.
"Prancis tidak boleh berdiam diri," ujar Macron dalam pidato di Brigade Infanteri Gunung ke-27 di Varces, Alpen Prancis, seperti dikutip Reuters.
Ia juga menjelaskan rencana itu "terinspirasi dari praktik para mitra Eropa di saat seluruh sekutu bergerak merespons ancaman yang mempengaruhi kami semua."
Macron mengatakan program itu terbuka untuk pemuda usia 18-19 tahun dan memberikan bayaran berlangsung selama 10 bulan.
Program itu menghabiskan US$2,32 miliar (sekitar Rp38,6 triliun) dan menggambarkan sebagai "pengeluaran besar namun penting."
Skema ini menargetkan 3.000 peserta pada 2026 yang akan bertugas di Prancis, lalu meningkat menjadi 10.000 pada 2030.
Para penasihat Macron mengatakan Prancis menargetkan memiliki 100.000 pasukan cadangan pada 2030, naik dari sekitar 47.000 saat ini, sehingga total kekuatan militernya mencapai sekitar 210.000 personel.
"Tujuan saya untuk Prancis merupakan mencapai 50.000 peserta pada 2035, sejalan dengan perkembangan ancaman," ujar Macron.
Setelah menyelesaikan program, peserta bisa balik ke masyarakat sipil dan jadi anggota cadangan di angkatan bersenjata.
Sebelum Macron mengumumkan kebijakan itu, para staf menyoroti hasil survei menunjukkan dukungan kuat kepada militer di kelompok usia 18-25 tahun.
Namun, pengumuman Macron tersisihkan oleh pernyataan Kepala Angkatan Bersenjata Prancis, Jenderal Fabien Mandon, yang memicu kontroversi karena menyebut Prancis harus siap korban jiwa akibat tekanan Rusia.
Ia mengatakan "yang kurang merupakan keteguhan menerima penderitaan demi mempertahankan jati diri," serta Prancis harus "siap menghadapi kehilangan generasinya."
Macron kemudian menenangkan reaksi publik dan berkata kepada radio RTL "kita harus segera meluruskan persepsi salah kita akan mengirim pemuda kita ke Ukraina," menyinggung invasi Rusia pada 2022.
Prancis kini sejalan dengan belasan negara Eropa seperti Jerman dan Denmark yang sudah meluncurkan program serupa.
(rnp/bac)































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5246935/original/037886700_1749495798-063_2211629707.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354665/original/013548500_1758261702-IMG-20250919-WA0005.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5273468/original/039341400_1751624719-ClipDown.com_510960588_17904224745194387_1578158069668546407_n.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354825/original/018518100_1758265848-pongki_barata_csm_3.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5303701/original/026205700_1754120479-Foto_7._Rosie_Pop-Up_Jakarta_-_Gandaria_City_Mall.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5326205/original/048148200_1756092105-IMG-20250825-WA0011.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5316299/original/029464000_1755231410-OFFICIAL_POSTER_-_FEED.jpg)