Yaumul Khulaif, Hari Para Perempuan Makkah di Masjidil Haram saat Haji

1 day ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Jemaah haji di Arab Saudi saat ini sedang sibuk-sibuknya menuju Arafah untuk wukuf atau berdiam diri karena bertepatan dengan 9 Dzulhijjah atau Kamis (5/6).

Sebelum ramai-ramai ke Arafah, banyak di antara mereka melakukan tawaf di sekitar Ka'bah yang ada di dalam Masjidil Haram.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari Arafah merupakan hari paling suci dalam kalender hijriah. Biasanya jemaah akan memanfaatkan untuk memanjatkan doa.

Perempuan di Saudi khususnya di Makkah punya tradisi khusus saat para jemaah hendak wukuf. Mereka akan mendatangi Masjidil Haram untuk beribadah atau yang disebut Yaumul Khulaif berarti hari saat kosong.

Para perempuan biasanya mengumpulkan teman, anggota keluarga, dan tetangga kemudian mengemas makanan dan perlengkapan lalu ke Masjidil Haram. Di sana, mereka akan berdoa sembari menunggu matahari terbenam untuk berbuka puasa.

Dalam tradisi Islam, Muslim yang tak mampu melaksanakan haji dianjurkan untuk puasa yang disebut Puasa Arafah. Ibadah ini bisa menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun-tahun yang akan datang.

Salah satu pekerja di Jeddah, Nedaa Zuhair, mengatakan di masa kecil sering melihat nenek dan bibinya pergi ke Mekkah setiap tahun di Hari Arafah.

"Sampai saat ini, saya perhatikan semakin banyak perempuan yang pergi ke Mekkah untuk berbuka puasa," ucap Zuhair, dikutip Arab News.

Ketika perempuan dan anak-anak menuju Masjidil Haram, laki-laki menuju lima mil ke timur ke lembah Mina bersama para peziarah.

Setiap tahun, kaum Makawi atau dikenal mutawefeen di seluruh kota mempersiapkan diri untuk musim haji setelah Idulfitri berakhir. Mereka juga menunggu para jemaah dari Jeddah melalui agen yang terafiliasi dengannya.

Para perempuan mempersiapkan rumah mereka untuk menyambut dan menampung tamu, yang akan tinggal selama beberapa hari atau bulan tergantung kesepakatan mutaweef, wakeel, dan jemaah.

"Hubungan antara jemaah dan mutawef solid dan tidak dikendalikan karena kepentingan ekonomi," kata jurnalis yang fokus ke isu haji dan umrah Faten Hussein.

Lebih lanjut, Hussein mengatakan hubungan itu lebih terjalin karena ikatan manusiawi, spiritual, dan agama.

Profesi tersebut diwariskan dari generasi ke generasi dan dianggap sebagai kehormatan untuk melayani dan membantu para jemaah.

Di hari sebelumnya pada 8 Dzulhijjah, para lelaki di seluruh kota akan mengumpulkan makanan, tenda, hingga perlengkapan. Mereka lalu membimbing jemaah dari Masjidil Haram ke Mina.

Para jemaah haji di Mina melakukan beberapa kegiatan di antaranya bermalam atau mabit di Muzdalifah dan melempar jumrah.

(isa/bac)

Read Entire Article
Entertainment |