427 Ribu Ton Gula BUMN Gak Laku dan Numpuk di Gudang

3 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) alias ID Food mengatakan ada sekitar 427 ribu ton gula pasir tidak laku dan hanya menumpuk di gudang.

Direktur Utama ID Food Ghimoyo mengatakan gula di BUMN sekarang menjadi pilihan terakhir untuk dibeli para pedagang. Ini karena petani ikut menjual gula langsung ke pedagang dengan harga serupa, yakni Rp14.500 per kilogram (kg).

Bahkan, tawaran petani lebih menggiurkan. Para petani diklaim memberikan kelonggaran waktu selama 30 hari-60 hari kepada pedagang untuk membayar gula yang telah dibeli tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu sangat menghantam kita, karena kita jualnya ke orang yang sama. Kita jualnya ke pedagang, petani juga jualnya ke pedagang. Jadi, kita akan dibeli pada saat yang terakhir," keluh Ghimoyo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta Pusat, Senin (29/9).

Ghimoyo menilai apa yang terjadi saat ini sebagai anomali. Pasalnya, harga gula di pasar sebenarnya sedang tinggi. Ia mencatat rata-rata harga jual gula Indonesia adalah Rp17.929 per kg, sedangkan untuk wilayah Indonesia Timur tembus Rp20.753 per kg.

Ia heran mengapa stok gula yang dimiliki ID Food justru tidak diminati pasar. Padahal, BUMN di bidang pangan itu sudah menjualnya dengan harga terendah senilai Rp14.500 untuk setiap kilogram gula.

"Saat harga gula di pasaran naik, anomalinya, gula BUMN tidak laku. Jadi, gula BUMN itu di gudang-gudang BUMN sudah 400 ribuan, tapi harga gula naik di tingkat ritel. Gulanya sampai sekarang kita lelang gak laku, gak ada yang beli," curhat sang dirut.

"Pada waktu dilelang dengan harga bawah (Rp14.500 per kg), itu gak ada (pedagang) yang ngambil. Karena di pasaran masih banyak gula, boleh dibilang gula rembes, itu masih banyak di pasar. Ini anomalinya, kan di luar harga mulai merangkak naik, milik kita di BUMN masih gak dapat tuh harga minimumnya," beber Ghimoyo keheranan.

Isu gula rembes mencuat ketika gula kristal rafinasi (GKR) diduga dioplos dengan bahan kimia, lalu dijual menjadi gula kristal putih (GKP).

Padahal, GKR seharusnya digunakan untuk proses produksi. GKR tidak bisa dikonsumsi langsung masyarakat, bahkan dilarang dijual eceran.

Ghimoyo lalu menuturkan ID Food selama ini juga menyerap gula dari petani bermodalkan pendanaan Danantara.

Ada beban bunga 7 persen yang harus dibayar pihaknya dari sokongan dana tersebut. Itu lebih rendah dibandingkan perbankan yang menawarkan bunga 8,5 persen.

Akan tetapi, beban bunga bertambah imbas gula-gula yang diserap ID Food itu tak kunjung laku terjual. Ghimoyo pada akhirnya meminta subsidi bunga, jika ID Food diperintahkan menyerap gula petani dalam rangka stabilisasi.

"Setiap bulan, ada kira-kira hampir 0,8 persen tambahan bunga," jelasnya.

"Kami mohon dukungan pemerintah melalui Komisi VI DPR RI agar setiap penugasan yang bersifat stabilisasi harga harus dibantu dengan surat penugasan dan subsidi bunga," imbuh Ghimoyo.

[Gambas:Video CNN]

(skt/sfr)

Read Entire Article
Entertainment |