Jakarta, CNN Indonesia --
Abigail Johnson adalah salah satu wanita terkaya di dunia. Pundi-pundi hartanya berasal dari perusahaan pengelola aset keuangan asal AS, Fidelity Investment.
Berdasarkan catatan Forbes, per Minggu (18/5), total keyaaan Johnson menembus US$34,3 miliar atau setara Rp565,55 triliun (asumsi kurs Rp16.488 per dolar AS).
Kekayaannya itu menempatkannya di peringkat ke-53 pada daftar realtime orang terkaya di dunia versi Forbes.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana kisah hidupnya?
Dilansir dari berbagai sumber, wanita bernama lengkap Abigai Pierrepoint Johnson ini lahir di Boston, Massachusetts, AS pada 19 Desember 1961.
Ia besar di lingkungan keluarga konglomerat yang lekat dengan dunia keuangan dan investasi.
Kakeknya, Edward C. Johnson II, adalah pendiri perusahaan jasa keuangan ternama Fidelity Investment yang kemudian diwariskan ke ayahnya, Edward Johson III. Salah satu produk andalan perusahaan adalah reksa dana.
Karena dari keluarga berada, Johnson menempuh pendidikan dasar hingga menengah di sekolah swasta bergengsi, Buckingham Browne & Nichols School di Cambridge, Massachusetts.
Lalu, Johnson meraih gelar sarjana S1 dari William Smith College di bidang sejarah seni pada 1984.
Keluarga Johnson tidak pernah memaksanya untuk bergabung ke Fidelity Investment. Hal itu dimanfaatkan Johnson untuk mencari pengalaman di luar.
Setelah lulus kuliah, Johnson sempat bekerja sebagai konsultan di Booz Allen Hamilton. Di sana, ia bertemu dengan pria yang akhirnya menjadi suaminya, Christopher McKown. Kemudian, ia melanjutkan studinya untuk meraih gelar MBA di Harvard Business School pada 1988.
Sebelum lulus dan meraih gelar S2, Johnson akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Fidelity Investment.
Abigail Johnson adalah salah satu wanita terkaya di dunia. Pundi-pundi hartanya berasal dari perusahaan jasa keuangan asal AS, Fidelity Investment. (Photo by Drew Angerer / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP).
Berawal dari kerja paruh waktu (part time), Johnson memulai tangga karirnya sebagai analis ekuitas sebelum akhirnya menjabat sebagai manajer portofolio, khususnya reksa dana.
Pada 2001, perusahaan mempromosikannya sebagai pemimpin Fidelity Aset Management, anak usaha Fidelity Investment. Selanjutnya, pada 2005, Johnson naik pangkat menjadi Head of Retail, Workplace, and Institutional Business.
Pada 2014, Johnson baru mendapatkan kepercayaan sebagai CEO Fidelity Investmen setelah sang ayah meninggal dunia. Ia menjadi wanita pertama yang duduk sebagai orang nomor satu di sana.
Di tangan Johnson, Fidelity Investment semakin berkembang. Pada tahun pertama kepemimpinannya, perusahaan untuk pertama kalinya mampu meraup laba US$5 miliar.
Pada 2018, perusahaan resmi melirik aset kripto dengan meluncurkan platform untuk menyimpan dan memperdagangkan sejumlah aset, termasuk Bitcoin.
Pada 2024, perusahaan memiliki total aset yang dikelola mencapai US$5,9 triliun dengan pendapatan US$32,7 miliar.
Perusahaan jasa keuangan yang mempekerjakan sekitar 77 ribu karyawan ini mantap menjadi raksasa pengelola aset dan reksa dana di dunia.
Johnson sendiri dikabarkan memiliki 28,5 persen dari total kepemilikan saham perusahaan. Tak heran, pundi-pundinya hartanya terus bertambah seiring kesuksesan Fidelity Investment.
Meski terbilang berhasil dalam membesarkan bisnis keluarga, kehidupan Johnson jauh dari sorotan media.
Namun, sebagai orang berada, Johnson tak lupa untuk menyisihkan kekayaannya untuk beramal dan berkontribusi pada sejumlah organisasi nirlaba di Boston, termasuk bekerja sama dengan Universitas Harvard.
Ia juga dikenal sebagai salah satu donatur politik. Salah satu yang terbesar adalah saat ia menyumbangkan US$330 ribu untuk kampanye Hillary Clinton dari Partai Demokrat pada musim pilpres 2016.
Pada 2024 lalu, Johnson juga diketahui menghadiri malam pengumpulan dana untuk kandidat capres AS Joe Biden.
Saat ini, Johnson tinggal bersama McKown di Boston, AS. Keduanya diketahui memiliki dua orang anak.
(sfr/bac)