Airlangga Bersuara soal Fenomena Rojali: Kebanyakan ke Mal Buat Makan

18 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto buka suara soal fenomena 'Rojali' alias rombongan jarang beli yang terjadi pada ekonomi Indonesia belakangan ini.

Istilah Rojali asal tahu saja, merujuk pada meningkatnya orang yang datang ke pusat perbelanjaan, tetapi hanya sedikit yang melakukan transaksi atau bahkan tidak ada yang membeli sama sekali.

Menurut Airlangga, saat ini masyarakat memang cenderung ke mal untuk makan, bukan untuk belanja barang. Selain itu, masyarakat saat ini lebih suka belanja di event-event.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau sekarang memang trennya kan kebanyakan ke mal itu makan. Dan itu beberapa lama terakhir kan trennya ke sana. Makanya banyak mal yang memperbanyak kuliner," katanya ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (25/7).

Karena itu, pemerintah mendorong pusat perbelanjaan membuat berbagai acara.

"Ini diupayakan pemerintah untuk mendorong ada event baru lagi," katanya.

Fenomena Rojali marak belakangan ini. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat fenomena 'Rojali' terutama dari sisi kelas menengah atas.

"'Rojali' ini memang kelihatan. Di mal-mal kan kita lihat," ujar David dalam Bank Indonesia Editors Briefing 2025 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Jumat (16/7).

"Orang Jakarta kalau ke mal biasanya makan saja, cari diskon, cafe yang diskon, apalagi sekarang ada e-commerce," sambungnya.

Menurut David, kelompok menengah atas masih menahan konsumsi. Padahal, kelompok tersebut menopang sekitar 70 persen konsumsi rumah tangga di Indonesia.

"Saya bertemu dengan beberapa supplier produk-produk luxurious seperti tas, arloji, mereka merasakan (penurunan minat beli) mirip-mirip krisis 2008," ujarnya.

Alih-alih belanja, kelompok masyarakat mampu lebih memilih untuk memarkirkan uangnya di beragam instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil yang tinggi.

"Giro aja ada yang (menawarkan) 7 persen, apalagi deposito. Terus juga yield SBN lumayan tinggi dan ada instrumen lain emas digital, emas biasa, perhiasan. Instrumen investasi posisinya lagi menarik bagi mereka (konsumen)," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

(fby/agt)

Read Entire Article
Entertainment |