Jakarta, CNN Indonesia --
Petani seperti Antonius Tulus, yang biasa dipanggil Tulus, yang berasal dari Desa Bukit Jaya, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, mungkin masih ingat masa sulit di tahun 2016 saat pohon sawitnya sudah mulai menurun produksinya dan juga biaya perawatan yang semakin tinggi.
Hal ini membuat gusar Tulus dan para petani sawit yang berada di sekitar desa Bukit Jaya, karena perkebunan kelapa sawit ini lah yang merupakan sumber penghasilan mereka.
Hal ini dikarenakan pohon-pohon sawit tua atau yang sudah tidak dapat produktif harus segera diremajakan melalui program replanting. Namun, hal ini membutuhkan waktu yang tidak cepat, yaitu sekitar 3-4 tahun hingga pohon kelapa sawit mereka dapat berproduksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi kami yang ikut program replanting, ini menjadi tantangan besar karena sumber penghasilan dari kebun sawit terhenti. Tentu kami khawatir," kata Tulus dalam satu wawancara, April.
Kemudian, saat itu, belum ada bantuan dana dari pemerintah untuk replanting kebun petani. Akhirnya, Tulus pun coba mengontak Asian Agri, perusahaan sawit tempat sebelumnya dia pernah bekerja.
Kala itu Asian Agri memberikan solusi dengan pemberian bibit sawit unggul Topaz. Bibit ini dapat menghasilkan buah sawit yang banyak dan juga waktu tunggu untuk panen lebih singkat, sekitar 28 bulan, alias menghemat waktu replanting. Pada masa menunggu pohon baru panen, para petani pun tak dibiarkan menganggur.
Selain merawat perkebunan sawit lewat replanting, Asian Agri juga memberikan pendampingan untuk mendapatkan pendapatan di luar sawit.
"Di sinilah tim plasma Asian Agri hadir untuk memberikan pendampingan, mulai dari pelatihan untuk sumber pendapatan alternatif," ujarnya.
Tulus mengatakan para petani diberi modal untuk beternak berupa ayam, sapi, bebek, dan ikan. Penghasilan dari beternak itu mereka pakai sembari menunggu pohon-pohon sawit baru siap dipanen.
Tulus dan para petani yang tergabung di Koperasi Unit Desa Bina Usaha Baru (KUD BUB) mendapatkan pelatihan praktik agronomi terbaik. Ini mulai dari pemupukan yang baik, pengendalian penggunaan pestisida, penanganan limbah B3, hingga penataan administrasi pekerja kebun.
Atas bimbingan Asian Agri dari pendampingan dan juga pelatihan praktik agronomi terbaik hingga proses audit, seperti pengurusan dokumen dan lain hal, kini KUD BUB telah memiliki sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Tulus merasa sangat terbantu oleh program-program Asian Agri. Menurutnya, kesejahteraan para petani di KUD BUB terangkat dengan bantuan perusahaan sawit tersebut.
"Putri saya kini sedang sekolah di perguruan tinggi kedokteran di Yogyakarta, putra saya kelas 3 SMP. Anggota kami yang datang dari Jawa dalam program transmigrasi punya penghasilan yang jauh lebih baik, keluarga sejahtera," ujarnya.
AsianAgri2030 memiliki misi untuk meningkatkan kesejahteraan petani sekitar perkebunan. (Foto: Dok. RGE)
AsianAgri2030
Peningkatan kesejahteraan petani menjadi bagian dari misi AsianAgri2030 yang diluncurkan sejak awal 2022. Perusahaan sawit itu berkomitmen untuk menerapkan praktik keberlanjutan dalam setiap lini operasi mereka.
Leonardo Yapardi, Sustainability Manager Asian Agri, menceritakan tentang apa yang telah dilakukan perusahaan bagi masyarakat sekitar area perkebunan.
Dia menjelaskan ada dampak terlihat ketika aksi AsianAgri2030 berjalan dalam dua tahun terakhir. Dia membeberkan peran perusahaan untuk dapat bermanfaat untuk warga sekitar yang berada di sekitar perkebunan sawit.
Oleh karena itu, perusahaan berkomitmen untuk meningkatkan kehidupan para petani dan juga warga yang berada di sekitar wilayah perusahan melalui program Asian Agri2030. Ini adalah upaya pengembangan sawit berkelanjutan yang juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Asian Agri percaya bahwa pendidikan merupakan hal yang penting untuk masa depan, dimana dengan ini dapat meningkatkan kualitas hidup mereka jika masyarakat berdaya. Oleh karena itu, langkah pertama yang mereka pilih adalah memberikan akses pendidikan kepada murid-murid yang berada di desa-desa sekitar perusahaan.
Leonardo menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk mengentaskan kemiskinan di masyarakat dengan memberikan keterampilan yang dapat meningkatkan ekonomi. Untuk itu, hingga saat ini perusahaan telah memberikan pelatihan keterampilan bagi 1.700 orang.
Selain itu, Asian Agri juga memberikan bantuan paket pendidikan, yaitu perlengkapan sekolah dan seragam, untuk 5.000 murid-murid SD, SMP dan SMA. Ini merupakan bagian dari program bag-to-school yang dimana perusahaan memiliki target untuk memberikan 5.000 paket pendidikan kepada murid di tahun 2030.
Di sisi lain, perusahaan itu juga berupaya memutar roda perekonomian masyarakat tersebut dengan mendampingi pembentukan UMKM dan juga mencarikan komoditas yang cocok dengan pasar yang tersedia. Hingga kini, perusahaan telah membantu mendukung program UMKM di 54 desa dari 159 desa di sekitar daerah operasionalnya.
"Kami membantu mereka menetapkan kira-kira apa yang bisa mereka bisniskan di daerah mereka seperti contohnya warung atau peternakan. Jadi mereka bisa meneruskan usaha mereka sendiri," ujarnya.
4 Pilar Utama
Pada komitmen Asian Agri 2030, terdapat 4 pilar utama, yaitu Kemitraan dengan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif, serta Produksi Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab.
Melalui pilar Kemitraan dengan Petani, Asian Agri berupaya meningkatkan kompetensi para petani sawit agar dapat meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
Leonardo juga menuturkan pihaknya juga membantu para petani mendapatkan sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Asian Agri sendiri menyatakan telah berhasil mendukung 11 koperasi unit desa (KUD) mendapatkan sertifikat tersebut.
Sementara dalam pilar Iklim Positif, Asian Agri melakukan sejumlah langkah untuk mengurangi menekan dampak operasi mereka terhadap iklim. Seperti komitmen satu banding satu, yaitu memulihkan dan mengonservasi satu hektare lahan terdegradasi untuk setiap hektar yang ditanam.
Perusahaan juga membangun fasilitas penangkap gas metana untuk pabrik pengolahan kelapa sawit melalui pembangunan biogas plant.
Fasilitas ini mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca hingga 90 persen serta menghasilkan energi listrik hijau untuk mengoperasikan pabrik kelapa sawit, kernel crushing plants, dan komplek perumahan, yang sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Sementara untuk pilar Produksi Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab, Asian Agri melakukan pengurangan 50 persen penggunaan pestisida. Perusahaan itu mengalihkan penggunaan pestisida ke penggunaan predator alami, pemanfaatan tanaman inang, perangkap mekanis (cahaya dan feromon), hingga serta metode penyemprotan secara selektif.
"Kami juga menggunakan predator alami sebagai bagian dari pengendalian hama terpadu, contohnya seperti burung hantu untuk mengurangi populasi tikus dan juga ada assassin bug atau Sycanus, untuk menahan serangan hama ulat api," kata Leonardo.
Terpisah, pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah mengatakan apa yang dilakukan perusahaan macam Asian Agri bisa menjadi contoh baik bagi perusahaan lain. Tujuannya, untuk menjaga lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
"Ini pemberdayaan masyarakat, tujuannya jangka panjang," kata Trubus. "Ini juga bisa menjadi role model bagi perusahaan lainnya."
Selain itu, kata dia, perusahaan yang melibatkan peran masyarakat akan berdampak bagi iklim bisnis di Tanah Air. Artinya, perusahaan atau investasi dapat diterima oleh masyarakat lokal.
Trubus mengatakan dengan komitmen keberlanjutan perusahaan macam Asian Agri, masyarakat diharapkan pun mendapatkan kesejahteraan bersama seiring dengan operasional perusahaan.
"Perusahaan pun mendapatkan restu dari masyarakat," kata dia.
Tulus dan para petani dari Riau lainnya bisa jadi contoh nyata sinergi antara perusahaan dan warga lokal. Tak hanya mencapai kesejahteraan bersama, namun juga beriringan menjaga lingkungan.
(asa)