Jakarta, CNN Indonesia --
Beberapa negara Eropa pendukung Israel menyuarakan kemarahan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena tentaranya melepaskan tembakan ke dekat sekelompok diplomat asing yang tengah mengunjungi Jenin, Tepi Barat, Palestina.
Otoritas Palestina menuduh pasukan Israel "dengan sengaja" menembaki delegasi diplomat tersebut, sementara Tel Aviv berdalih itu adalah "tembakan peringatan".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rekaman video AFP dari Jenin, daerah yang sering menjadi sasaran operasi militer Israel, menunjukkan para diplomat dan jurnalis ikut serta dalam kunjungan itu berlarian menyelamatkan diri saat suara tembakan terdengar.
Seorang diplomat Eropa mengatakan para utusan datang untuk melihat langsung kerusakan akibat serangan brutal militer Israel ke Jalur Gaza sejak Oktober 2023 lalu.
Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan bahwa delegasi tersebut mencakup diplomat dari lebih dari 20 negara, termasuk Inggris, Tiongkok, Mesir, Prancis, Jepang, Yordania, Turki, dan Rusia.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut insiden itu sebagai sesuatu yang "tidak dapat diterima".
"Para diplomat yang sedang menjalankan tugasnya tidak seharusnya menjadi sasaran tembakan atau diserang dalam bentuk apa pun. Keselamatan dan keamanan mereka harus dijamin setiap saat," kata juru bicara Stephane Dujarric kepada wartawan.
"Para diplomat ini, termasuk staf PBB, ditembaki, entah itu tembakan peringatan atau apa pun-dan itu tidak bisa dibenarkan."
Sejumlah negara yang memiliki perwakilan dalam rombongan tersebut menyatakan kemarahan dan menuntut penyelidikan atas insiden itu.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mendesak Israel untuk menindak pihak yang bertanggung jawab.
Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, dan Uruguay memanggil duta besar Israel atau menyatakan akan menyampaikan protes secara langsung.
Swedia menyatakan akan mendorong UE untuk memberlakukan sanksi terhadap para menteri Israel, sementara Inggris menangguhkan perundingan perdagangan bebas dengan Israel dan memanggil duta besarnya soal insiden ini.
Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menyebut insiden itu "sangat tidak dapat diterima" dan mendesak adanya "penjelasan segera".
Ia juga menyampaikan bahwa Menteri Luar Negeri Kanada, Anita Anand, telah memanggil duta besar Israel di Ottawa.
Mesir mengutuk penembakan itu sebagai pelanggaran terhadap "seluruh norma diplomatik", sementara Turki menuntut penyelidikan segera.
Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan "serangan ini harus segera diselidiki dan pelakunya harus dimintai pertanggungjawaban."
Ahmad Al Deek, penasihat politik Kementerian Luar Negeri Palestina yang mendampingi delegasi, mengecam "tindakan sembrono dari militer Israel".
"Peristiwa ini memberi gambaran langsung kepada delegasi diplomatik tentang kehidupan yang dijalani rakyat Palestina," ujarnya.
Pemerintah Jepang juga mengonfirmasi bahwa staf diplomatiknya ikut serta dalam kunjungan itu dan menyatakan bahwa mereka "sangat menyesalkan" insiden tersebut.
"Pemerintah Jepang telah melayangkan protes kepada pihak Israel dan meminta penjelasan serta jaminan agar hal serupa tidak terulang," ujar juru bicara pemerintah Yoshimasa Hayashi di Tokyo.
Paus Leo XIV menyebut situasi di Gaza sebagai sesuatu yang "mengkhawatirkan dan menyakitkan" serta menyerukan agar "bantuan kemanusiaan yang memadai segera masuk".
Sementara itu, militer Israel berdalih konvoi diplomatik itu menyimpang dari jalur yang telah disetujui dan memasuki zona terbatas.
Israel menuturkan pasukan lalu melepaskan "tembakan peringatan" untuk menghalau mereka. Tel Aviv menambahkan bahwa tidak ada korban luka serta menyampaikan penyesalan atas "ketidaknyamanan yang ditimbulkan".
(rds)