Bos Badan Gizi Sebut Kasus Keracunan di MBG Juga Terjadi di AS Cs

4 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menanggapi sejumlah insiden keracunan yang mewarnai pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Ia menekankan kejadian serupa juga pernah terjadi di negara-negara maju, bahkan setelah program berjalan puluhan tahun.

Dadan menyebutkan kasus di luar negeri menunjukkan bahwa insiden makanan tidak hanya terjadi di awal pelaksanaan program.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Contoh di Mesir misalnya, itu mulai program1991, kejadiannya 2017, di situ bahkan ada 3.353 siswa yang sakit dan 435 lainnya terdampak setelah 26 tahun. Kemudian di China bahkan ada beberapa yang meninggal setelah 10-13 tahun, di Jepang setelah 49 tahun," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (6/5).

Ia juga merujuk pada kasus di Finlandia yang terjadi usai berjalan 80 tahun, Amerika Serikat setelah 51 tahun, Dominika 7 tahun, Amerika Selatan 20 tahun, Inggris 99 tahun, dan India 18 tahun. Menurutnya, kejadian-kejadian ini menjadi pelajaran penting agar program serupa di Indonesia tidak mengalami kelengahan seiring waktu.

Pernyataan ini disampaikan Dadan setelah serangkaian insiden yang menimpa program MBG di beberapa daerah.

Kasus pertama terjadi di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 13 Januari lalu. Ia menyebut penyebabnya bersifat teknis karena program baru dimulai. Saat masakan sudah diolah dan hendak digoreng, gas habis, sehingga menyebabkan makanan tidak selesai dimasak.

"Yang terdampak ada 40 siswa karena petugas sangat cepat mengidentifikasi ada kelainan di makanan itu, sehingga kemudian masakan ditarik kembali dan diganti dengan telur," kata Dadan.

Peristiwa serupa tidak hanya terjadi di Sukoharjo. Di Batang, Jawa Tengah, makanan dikirim dalam kondisi baik, tetapi karena ada acara di sekolah, konsumsi siswa tertunda.

"Sebetulnya saat itu makanannya dalam keadaan baik. Kalau makan tepat waktu sebetulnya tidak akan kejadian," ungkapnya.

Kasus lain muncul di Cianjur, Jawa Barat, yang kini memasuki minggu ketiga evaluasi. Dari 2.701 siswa, 72 terdampak.

Ia mengatakan pemeriksaan laboratorium terhadap tray, air, fasilitas, makanan, dan muntahan semuanya menunjukkan hasil negatif. Dadan menyebut pihaknya masih mencari kemungkinan penyebab lain di luar faktor makanan.

Kejadian serupa juga dilaporkan di Bandung, Tasikmalaya, dan Pali. Di Bandung, insiden terjadi pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sebelumnya adalah restoran.

"Chef-nya pun adalah chef restoran, jadi dari segi kualitas makanan dan higienis sebetulnya memenuhi syarat," ujarnya.

Meski begitu, beberapa siswa tetap terdampak, dan penyebab pastinya masih dalam proses verifikasi. Menurut Dadan, kasus-kasus terbaru kemungkinan besar disebabkan oleh masakan yang dimasak terlalu awal dan tidak segera dikirim atau dikonsumsi.

"Dengan kejadian-kejadian seperti ini, kami kemudian melakukan perbaikan-perbaikan SOP," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

Langkah yang ditempuh BGN mencakup pemilihan bahan baku yang lebih selektif. Di Pali, misalnya, ikan yang diterima hari Jumat disimpan dalam freezer, diolah setengah matang, lalu dibekukan kembali sebelum akhirnya dimasak. Meski hasil tes menyatakan aman, kasus tetap terjadi.

"Kami memutuskan bahan baku harus lebih selektif, mungkin lebih fresh akan lebih baik," katanya.

Selain itu, BGN akan menerapkan aturan ketat terkait waktu memasak, pengiriman, dan konsumsi. Makanan yang diterima harus segera dikonsumsi dalam waktu 15-30 menit. Hal ini, kata Dadan, guna mencegah terjadinya basi.

Dadan menjelaskan pihaknya juga berencana mewajibkan uji organoleptik di sekolah sebelum makanan dibagikan. Petugas khusus akan ditugaskan untuk memastikan kualitas makanan secara langsung di lapangan.

Dia menyebut kejadian-kejadian ini awalnya diperkirakan terjadi karena faktor keterbatasan pengalaman, khususnya pada unit SPPG yang sudah beroperasi dua sampai tiga bulan. Ia menduga karena tidak ada masalah sebelumnya, pengelola merasa semua berjalan normal hingga terjadi kelengahan.

Untuk mengatasi hal ini, BGN mulai menerapkan pelatihan dan penyegaran rutin setiap dua bulan bagi para penjamah makanan. Kegiatan ini telah dimulai di Cianjur dan Tasikmalaya, dan akan dilanjutkan di Pali dan Palembang dalam waktu dekat.

Dadan menegaskan BGN menargetkan nol kejadian dan terus memperkuat seluruh prosedur pengolahan serta distribusi MBG di sekolah.

"Ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa setelah sukses dengan pelayanan 2-3 bulan, mereka tetap harus diberi penyegaran agar makanan ini betul-betul bisa dinikmati dalam keadaan bersih, higienis, sehat, dan menyehatkan," ujarnya.

(del/agt)

Read Entire Article
Entertainment |