CEO Nissan Buka-bukaan Soal Utang Menumpuk, Tutup Pabrik dan PHK

5 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Produsen mobil asal Jepang, Nissan, tengah menjalani masa-masa sulit setelah mencatatkan kerugian hingga US$4,5 miliar atau sekitar Rp72,5 triliun (kurs Rp16.100) pada tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2025. Kondisi ini mendorong manajemen baru mengambil langkah tegas untuk menyehatkan kembali perusahaan.

Ivan Espinosa, CEO baru Nissan yang mulai menjabat sejak 1 April 2025, mengungkap bahwa krisis yang dialami Nissan bukanlah hal baru. Menurutnya, akar permasalahan bahkan telah berlangsung sejak satu dekade lalu.

"Mari saya mulai dengan menjelaskan mengapa kami berada di sini. Ini bukan sesuatu yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Ini lebih merupakan masalah mendasar yang mungkin dimulai pada tahun 2015 ketika manajemen mengira perusahaan ini dapat mencapai (penjualan kendaraan global tahunan) sekitar 8 juta," ujarnya diberitakan MotorTrend, Kamis (15/5),  yang mewawancarai khusus Ivan saat Financial Times Future of the Car Summit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada investasi besar dalam hal kapasitas yang direncanakan serta sumber daya manusia, tetapi kenyataannya saat ini kami hanya mampu mencapai sekitar setengah dari volume tersebut. Dan tidak ada yang melakukan apa pun untuk memperbaikinya hingga saat ini," ujar dia lagi.

Langkah penyelamatan yang dilakukan Espinosa dirangkum dalam strategi bertajuk 'Re:Nissan', yang menekankan pada tiga pilar utama yang meliputi pengurangan biaya, strategi produk dan pasar, serta kemitraan strategis.

Tutup Pabrik dan PHK

Sejak hari pertama menjabat, Espinosa langsung mengambil keputusan-keputusan besar, termasuk memangkas 20 ribu pekerja hingga menutup 7 dari 17 pabrik global Nissan. Selain itu, pengembangan untuk model-model yang dijadwalkan meluncur setelah 2026 turut dihentikan sementara.

Selain itu, sebanyak 3 ribu staf dialihkan untuk fokus menyederhanakan struktur komponen. Espinosa juga memberlakukan kebijakan mengurangi redundansi hingga 70 persen.

"Saat saya menjadi CEO, saya segera menilai kembali situasi tersebut. Itulah mengapa Anda melihat dampak besar pada laba bersih untuk tahun fiskal 2024. Kami sangat yakin dengan rencana tersebut dan kami akan mendorongnya ke depan," tambah Espinosa.

Perubahan strategi 

Di tengah kondisi sulit, Espinosa menegaskan Nissan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pihak eksternal. Perusahaan harus bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

"Kami membutuhkan bantuan diri sendiri. Kami tidak bisa bergantung pada siapa pun. Posisi perusahaan saat ini dalam hal likuiditas sangat berbeda. Ada tumpukan utang yang sangat besar dan tidak ada uang tunai di bank," ujar dia.

"Hari ini (karena utang telah direstrukturisasi) saya memiliki lebih dari US$15 miliar di bank, ditambah dengan komitmen kredit. Jadi, pesannya di sini adalah kita punya waktu. Posisi kas perusahaan baik, tetapi kami harus bergerak cepat," jelasnya.

Meski demikian, ia tetap membuka peluang kerja sama dengan mitra strategis yang bisa memberi nilai tambah jangka panjang bagi Nissan. Hal ini dikatakan menanggapi pertanyaan soal rencana merger dengan Honda yang batal.

"Apa yang kami coba lakukan adalah tidak tersandera oleh mitra mana pun. Kami fokus untuk menempatkan diri pada posisi yang tepat sehingga kami dapat melakukan negosiasi dan diskusi yang baik dengan mitra potensial mana pun. Kami mencari mitra yang dapat memberikan nilai perusahaan dan dukungan yang lebih besar kepada Nissan dalam jangka panjang," jelasnya.

Espinosa juga menyebutkan bahwa Nissan masih menjalin kerja sama erat dengan Dongfeng di China. Nissan bahkan mempertimbangkan memperluas kolaborasi tersebut ke luar negeri.

"Strategi kami di China adalah bekerja lebih dekat dengan Dongfeng. Kami baru saja meluncurkan Nissan N7 dan Nissan Frontier Pro, yang menunjukkan bagaimana kami dapat memanfaatkan aset kami di sana. Kami akan terus berinvestasi dalam produk di China karena teknologi, kecepatan dan daya saing biaya yang sangat baik," katanya.

Efisien

Untuk mengimbangi pemangkasan biaya, Nissan menyiapkan peluncuran lebih dari 10 model baru dalam beberapa tahun mendatang. Di Amerika Utara, perusahaan tengah mengembangkan crossover Leaf, Sentra generasi terbaru, dan Rogue PHEV yang berbasis Mitsubishi Outlander.

Sementara itu di Eropa, Nissan menyiapkan Micra versi badge-engineered dari Renault 5, serta Juke dan Qashqai terbaru. Di Jepang, perusahaan juga akan meluncurkan kei car, van besar dengan sistem E-Power, serta Skyline generasi baru.

Meski banyak model baru disiapkan, Espinosa mengakui bahwa kendaraan sport tetap menjadi bagian dari DNA Nissan, walau saat ini bukan prioritas utama.

"Nama GT-R akan tetap eksis di masa depan," katanya. Ia pun menyampaikan ketertarikannya menghidupkan kembali Silvia, walau perusahaan kini lebih memprioritaskan SUV, sedan, dan MPV demi pemulihan finansial.

Tarif AS

Selain masalah internal, Nissan juga menghadapi tekanan eksternal berupa tarif impor dari Amerika Serikat. Tarif ini disebut dapat menambah beban biaya hingga US$3,1 miliar per tahun.

"Kami telah mengidentifikasi 30 persen (dari biaya tersebut) yang dapat dikurangi (dalam tiga bulan ke depan), dan kami terus mengupayakannya. Saya tidak bisa memberi tahu Anda di mana kami akan mendarat, tetapi yang pasti lebih dari 30 persen," ungkap Espinosa.

Di sisi lain, potensi kekurangan tenaga kerja di pabrik Tennessee juga menjadi perhatian. Namun Espinosa mengaku kondisi saat ini masih bisa ditangani.

"Kami memiliki shift kedua yang dibentuk dan kami sedang meningkatkannya saat ini. Jadi, kami tidak mengalami kesulitan dalam jangka pendek dengan kekurangan tenaga kerja," ucapnya.

Masa depan Nissan

Nissan kini tengah berada di titik kritis dalam sejarah perusahaannya. Namun dengan strategi pemangkasan, penajaman fokus pada produk, dan perbaikan struktur keuangan, manajemen baru optimis mampu membawa perusahaan keluar dari keterpurukan.

"Kami terus menerus menilai ulang situasi, dan sayangnya, kami tidak punya waktu untuk dibuang dan sumber daya untuk dihabiskan. Jadi, kami sangat praktis dalam menjalankan bisnis dan jika kami tidak dapat bersaing, kami harus mengambil keputusan," tutupnya.

(job/fea)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |