Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak mentah dunia turun tipis pada Rabu (14/5) dipicu oleh kesepakatan penurunan sementara tarif antara Amerika Serikat dan China serta pelemahan nilai tukar dolar AS.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent tercatat turun tipis 10 sen atau 0,15 persen menjadi US$66,53 per barel. Senada, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga melemah 7 sen atau 0,11 persen menjadi US$63,60 per barel.
Kedua acuan harga tersebut mencatat lonjakan lebih dari 2,5 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilai indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sejumlah mata uang utama, turun 0,67 persen pada Selasa (13/5) setelah data menunjukkan inflasi AS lebih rendah dari perkiraan. Melemahnya dolar membuat harga minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan.
Pemicu lain turunnya harga minyak adalah AS dan China yang telah sepakat menurunkan tarif. Negeri Paman Sam bakal turunkan tarif dari 145 persen menjadi 30 persen, sedangkan China menurunkan bea masuk terhadap produk AS dari 125 persen menjadi 10 persen. Perjanjian ini akan berlaku selama setidaknya 90 hari.
Akibat kesepakatan tersebut, harga minyak naik lebih dari US$1,60 per barel pada Selasa, dengan kenaikan hampir 3 persen.
Analis Rystad Energy dalam catatannya menyebut kesepakatan ini telah mengikis pesimisme dari sisi permintaan, meskipun mereka memperingatkan bahwa dampak dari tarif sebelumnya mungkin masih membekas.
Menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute (API), stok bensin turun 1,4 juta barel dan stok distilat turun 3,7 juta barel. Namun demikian, stok minyak mentah justru naik 4,3 juta barel.
Perhatian pasar juga tertuju pada kunjungan Presiden AS Donald Trump ke kawasan Teluk. Dalam kunjungan yang dimulai Selasa, Trump menghadiri forum investasi di Riyadh, Arab Saudi, mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah, serta memperoleh komitmen investasi sebesar US$600 miliar dari Arab Saudi untuk ekonomi AS.
Mukesh Sahdev, kepala pasar komoditas global Rystad Energy, menyatakan bahwa menghindari lonjakan harga minyak selama musim liburan musim panas menjadi agenda utama kunjungan tersebut.
"AS kemungkinan akan memanfaatkan harga yang lebih rendah untuk membeli minyak mentah Timur Tengah guna memperkuat Cadangan Minyak Strategis," kata Sahdev.
Di sisi lain, AS pada Selasa juga menjatuhkan sanksi baru terhadap sekitar 20 perusahaan yang dituding membantu Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan perusahaan front-nya, Sepehr Energy, untuk mengekspor minyak ke China.
Sanksi ini diumumkan setelah putaran keempat pembicaraan AS-Iran di Oman terkait program nuklir Iran.
(ldy/pta)