Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi sama sekali atau zero-dose di Indonesia masih tinggi. Pada tahun ini, tercatat ada sekitar 836.789 anak di Indonesia yang masih zero-dose imunisasi.
Angka tersebut memang menurun dibandingkan dengan 2024 yang mencapai 973.378 kasus, tetapi masih jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dengan 372.965 kasus. Kondisi ini dinilai memprihatinkan mengingat imunisasi rutin berperan penting dalam mencegah penyakit menular dan menghindari munculnya wabah atau kejadian luar biasa (KLB).
"Saat ini kita menduduki peringkat keenam, di dunia untuk negara yang jumlah anaknya belum mendapatkan imunisasi," ujar Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine, ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Rabu (15/10) mengutip DetikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Prima, sepanjang 2025 hingga pekan ke-36, telah terjadi ratusan KLB di berbagai wilayah Indonesia. Rinciannya meliputi 66 KLB campak di 52 kabupaten/kota, 198 KLB pertusis di 133 kabupaten/kota, dan 57 KLB difteri di 50 kabupaten/kota.
Kata dia, kelengkapan imunisasi harus terus dikejar. Jika anak sudah terlanjur terinfeksi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penanganannya akan jauh lebih berat, belum lagi risiko penyebaran yang lebih luas.
"Kalau kena ya bisa menularkan kepada anak-anak lain di sekitarnya. Kalau anak-anak yang nggak diimunisasi berkumpul di satu tempat, tentu nggak terbentuk kekebalan kelompoknya. Oleh karena itu, tempat daerah itu akan sangat mungkin atau mendapat kejadian luar biasa, wabah dalam konteks kecil, tapi itu sudah wabah," katanya.
Prima mengakui masih tingginya angka anak zero-dose juga dipengaruhi oleh keraguan masyarakat terhadap imunisasi. Meski edukasi terus dilakukan, sebagian orang tua masih takut atau termakan informasi keliru mengenai vaksin.
Berdasarkan survei UNICEF Nielsen 2023, sekitar 12 persen orang tua takut efek samping imunisasi, sementara faktor lain meliputi ketakutan anak disuntik lebih dari sekali, jadwal yang tidak sesuai, biaya transportasi, akses sulit, hingga keyakinan bahwa imunisasi tidak bermanfaat.
"Adanya keraguan vaccine hesitancy masyarakat. Karena mereka bingung di satu pihak mereka mendapat kabar pentingnya imunisasi, tapi di lain pihak, gencar juga orang-orang yang menyuarakan 'hati-hati dengan imunisasi', 'yakin imunisasi bikin sehat?'. Kita perlu bergandengan tangan untuk bisa membuat keraguan di masyarakat ini berubah menjadi kepastian," tandas Prima.
Lima wilayah dengan angka zero-dose tertinggi
Kemenkes mencatat, lima provinsi dengan jumlah anak zero-dose terbanyak tahun ini adalah:
1. Jawa Tengah - 158.941 kasus
2. Jawa Timur - 79.973 kasus
3. Sumatera Utara - 66.886 kasus
4. Jawa Barat - 55.936 kasus
5. Lampung - 41.169 kasus
Baca selengkapnya di sini.
(tis/tis)