'Kontol Kejepit', Kue Unik Asal Bantul yang Kini Jadi Warisan Takbenda

3 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Di tengah beragam kuliner tradisional Jawa, ada satu jajanan pasar dari Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang selalu mencuri perhatian karena namanya, kue kontol kejepit atau lebih dikenal dengan sebutan tolpit.

Meski namanya terkesan nyeleneh, kue ini justru telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan RI.

Dikenal juga dengan nama adrem, kue ini bukan sekadar camilan manis, melainkan simbol budaya yang menyimpan makna filosofis mendalam bagi masyarakat Bantul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simbol syukur dan kehidupan yang 'adhem'

Menurut laman resmi Pemprov DIY, adrem atau tolpit dulunya erat kaitannya dengan tradisi panen masyarakat pedesaan. Kue ini biasa dijajakan dengan cara ditukar menggunakan hasil panen padi, sebagai wujud rasa syukur kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan Jawa.

Selain menjadi simbol kesuburan, adrem juga dimaknai sebagai lambang pengampunan dan pengayoman, doa agar kehidupan selalu "adhem" atau tenteram. Tak heran jika hingga saat ini kue tersebut masih sering disajikan dalam acara tradisional atau selamatan.

Ciri khas adrem terletak pada cara pembuatannya. Melansir Detik, adonan berbahan dasar tepung beras dan gula jawa ini digoreng dengan teknik khusus menggunakan tiga bilah bambu atau sumpit, sehingga menciptakan bentuk unik dan tekstur renyah di luar, lembut di dalam.

Bentuk dan teknik inilah yang membuatnya mudah dikenali sekaligus sulit dilupakan. Banyak pembuat kue di Bantul, seperti Mardinem dan Kisminah, masih mempertahankan cara tradisional ini agar cita rasa dan filosofi adrem tetap terjaga.

"Kalau tidak dijepit, bentuknya seperti apem biasa. Tapi kalau dijepit, jadi menarik dan khas," ujar Kisminah saat diwawancarai beberapa waktu lalu.

Asal-usul nama 'kontol kejepit'

Nama 'kontol kejepit' memang sering menimbulkan rasa penasaran, terutama bagi orang luar Bantul. Dalam penjelasan Setyo Prasiyono Nugroho dalam artikel Wisata Gastronomi Makanan Tradisional Yogyakarta melalui Storynomic (2023), sebutan itu muncul karena bentuk kue dianggap menyerupai alat kelamin pria dalam bahasa Jawa.

Namun, sebagian pembuat adrem memiliki pandangan berbeda. Mereka menilai nama tersebut lebih merujuk pada teknik menjepit adonan saat digoreng, bukan bentuknya.

"Mungkin karena dijepit pakai tiga sumpit itu, lalu diangkat. Jadi bukan karena bentuknya," kata Mardinem menjelaskan.

Kini, kue yang dulunya hanya dijual di pasar tradisional Bantul itu telah naik kelas. Penetapannya sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia bukan hanya bentuk apresiasi terhadap kreativitas masyarakat lokal, tetapi juga pengakuan terhadap kekayaan kuliner dan filosofi Jawa yang diwariskan turun-temurun.

Dengan rasa manis legit berpadu aroma gula jawa, tolpit kini bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang tua sebagai warisan rasa dan cerita dari tanah Bantul yang tak lekang oleh waktu.

Baca selengkapnya di sini

(tis/tis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |