Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden RI Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Jakarta, pada Sabtu (4/10) malam.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengatakan pertemuan kedua tokoh itu berlangsung sekitar 2 jam. Ia mengatakan pertemuan itu membahas berbagai hal terkait isu-isu kebangsaan.
Di Kertanegara juga hadir Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoeddin dan Mendikti Saintek Brian Yuliarto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Termasuk memberikan masukan ke depan sebaiknya seperti apa untuk beberapa hal," kata Prasetyo beberapa waktu lalu.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpendapat fenomena presiden terdahulu menemui presiden yang berkuasa jarang terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu, ia menilai pertemuan itu sarat dengan nuansa politik.
"Presiden terdahulu menemui Presiden yang berkuasa memang jarang terjadi, SBY dan Megawati sekalipun tidak pernah menemui Prabowo, kecuali memang Prabowo yang mengundang, sehingga nuansa politik cukup kental," kata Dedi saat dihubungi, Selasa (7/10).
Menurutnya, langkah Jokowi menemui Prabowo bisa saja menjadi bagian dari upaya mencari suaka politik atau mempertahankan pengaruh, baik untuk kelangsungan kekuasaan Gibran Rakabuming Raka maupun dirinya yang tengah menghadapi berbagai gugatan.
"Bukan tidak mungkin, Jokowi sedang mencari perlindungan sekaligus dukungan Prabowo," kata Dedi.
Dedi berpandangan Prabowo masih mau menerima Jokowi karena berkaitan dengan stabilitas politik nasional.
Menurutnya, Prabowo juga tidak mungkin menolak pertemuan sebagai sesama tokoh bangsa.
"Prabowo masih menghitung pengaruh Jokowi di akar rumput," katanya.
Direktur Arus Survei Indonesia (ASI) Ali Rif'an berpendapat selain untuk silaturahmi, pertemuan itu juga memiliki pesan politik yang ingin disampaikan kepada publik.
"Jokowi dan Prabowo yang sejauh ini diasumsikan agak renggang, pertemuan itu menegaskan Jokowi dan Prabowo solid, Jokowi dan Prabowo tidak retak. Meskipun sempat ada anasir-anasir bahwa ada keretakan di antara kedua toko ini karena beberapa menteri yang punya afiliasi ke geng Solo, yaitu Jokowi, itu di--reshuffle oleh Prabowo," kata Ali.
Ia menambahkan, pertemuan tersebut juga kemungkinan membahas berbagai persoalan kenegaraan.
Sebagai mantan presiden, Jokowi dinilai ingin memberikan masukan terhadap sejumlah program pemerintahan Prabowo, seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG) maupun pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Termasuk barangkali persoalan-persoalan politik praktis, termasuk PSI sebagai partai yang kemudian asosiakan dengan Jokowi itu juga barangkali dibicarakan," ujarnya.
Prabowo dan Jokowi saling butuh
Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai kedua tokoh itu saling membutuhkan.
Ia berpendapat motif Jokowi menemui Prabowo bisa jadi untuk meminta bantuan sebab sejumlah masalah yang berkaitan dengan keluarga Solo butuh bantuan Prabowo yang punya otoritas penuh.
Agung menyoroti hadirnya Mendikti Saintek dalam pertemuan itu. Ia menyinggung soal serangan ijazah yang menerpa Jokowi hingga Gibran.
"Ada kaitannya, saya mencium, menduga tapi ini spekulatif. Ada kaitannya dengan ijazah Pak Jokowi, mungkin Mas Gibran, mungkin," kata Agung.
Sementara itu, ia menilai Prabowo butuh masukan-masukan dari Jokowi sebagai presiden yang pernah menjabat dua periode.
"Jadi Pak Prabowo pun sebenarnya juga butuh Pak Jokowi dalam artian memberikan masukan-masukan karena beliau punya legacy dua periode. Bagaimana membangun bangsa, melewati masa krisis. Ambil contoh ketika pandemi," katanya.
Ia mengatakan relasi kedua tokoh itu bakal diuji pada 2029 mendatang.
"Apakah Pak Prabowo akan mengajak Mas Gibran lagi sebagai wapresnya di periode keduanya seandainya beliau maju atau tidak? kalau tidak, bagaimana keluarga Solo merespon itu? Apakah mereka akan tetap bersama atau saling berhadapan-hadapan dengan Gibran sebagai capres," kata Agung.
(yoa/gil)