Jakarta, CNN Indonesia --
Tersetrum pernah menjadi salah satu momok bagi petani-petani di Banggai, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.
Aliran listrik itu sejatinya dipasang untuk membantu para petani mengusir hama tikus yang kerap merusak lahan pertanian mereka. Namun, tak jarang malah petani sendiri yang menjadi korban tersetrum.
Berkaca dari itu, ketika memiliki kesempatan untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) atau Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di lokasi tersebut, terpetiklah ide untuk memanfaatkan predator alami guna mengatasi hama tikus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Predator alami itu adalah burung hantu endemik Kepulauan Banggai, Serak Sulawesi (Tyto rosenbergii).
"Kami bersama-sama petani berdiskusi apa yang bisa dilakukan, akhirnya kita menyiapkan burung hantu--jadi ada namanya spesies Serak Sulawesi. Kami melakukan konservasi dan menyediakan rumah burung hantu. Dan masalah tikus itu pun terjawab [bisa diselesaikan]," kata Senior Manager External Communication and Stakeholder Relations PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Fitri Erika, dalam konferensi pers, Jakarta, Sabtu (20/12).
Pada kesempatan itu, Fitri menerangkan saat para petani masih menggunakan aliran listrik untuk mengusir hama tikus, tak jarang justru menjadi korban tersetrum.
Burung hantu diketahui merupakan predator alami hewan pengerat seperti tikus. Dengan demikian, konservasi burung hantu yang didampingi PT PHE di Banggai itu pun membuat petani bisa mengusir hama tikus dengan lebih aman.
Ternyata, bukan hanya menjadi pengusir hama tikus. Fitri Kehadiran burung-burung bermata 'belo' itu menjadi daya tarik wisata edukasi konservasi Serak Sulawesi di wilayah tersebut.
"Kami juga melakukan edukasi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, dan itu menjadi satu daerah objek wisata untuk melihat edukasi terkait burung hantu Serak Sulawesi," kata dia.
Para 'angkatan udara' melawan tikus itu pun kemudian menjadi hal yang diterapkan PT PHE dalam PPM di daerah-daerah lain.
Dia menerangkan setiap PPM yang diterapkan di suatu daerah, mereka dampingi dan tinjau selama lima tahun. Setelah itu,ketika sukses, ada peluang PPM itu direduplikasi untuk diterapkan di daerah lain.
Program terkait konservasi burung hantu untuk membantu petani Banggai itu, kata Fitri, sudah diterapkan juga di daerah lain.
"Termasuk juga [direduplikasi] di Pulau Jawa," kata Fitri saat berbincang dengan wartawan usai konferensi pers tersebut.
Sepanjang 2025 ini, Fitri menerangkan total sekitar 831 kegiatan PPM yang dilakukan pihaknya.
"Selama kurun waktu tahun 2025, Pertamina Hulu Energi memiliki 831 program pemasyarakat, dengan berbagai program mulai dari sektor pendidikan, lingkungan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, sampai dengan bencana alam," katanya.
Fitri menerangkan program tanggung jawab sosial perusahaanya atau PPM itu dilakukan bukan dengan perencanaan pihaknya sendiri, melainkan melalui diskusi dengan pemangku kepentingan.
"Program-program ini mulai dirancang, kita berbasiskan pada data atau social mapping, lalu dilanjut berdiskusi dengan pemangku kepentingan," katanya.
Sebagai subholding dari PT Pertamina (Persero), Fitri mengatakan unit usahanya berada dari ujung Sumatra hingga Papua. Walhasil, PPM dari PHE itu pun berada hampir di setiap daerah Indonesia di mana PHE melakukan kegiatan usahanya.
(kid)


































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354665/original/013548500_1758261702-IMG-20250919-WA0005.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5326205/original/048148200_1756092105-IMG-20250825-WA0011.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354825/original/018518100_1758265848-pongki_barata_csm_3.jpg)





:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5316299/original/029464000_1755231410-OFFICIAL_POSTER_-_FEED.jpg)
