Jakarta, CNN Indonesia --
Toto Soegriwo selaku produser film animasi Merah Putih: One for All membantah sejumlah rumor terkait dana produksi. Ia menyatakan kru tidak pernah mendapatkan dana Rp6,7 miliar dari pemerintah untuk film itu.
Dalam keterangan tertulis yang diunggah di X atau Twitter pada Senin (11/8) malam, ia menegaskan pemerintah tidak pernah menyuntikkan dana ke dalam produksi film animasi yang tengah menuai banyak kritik tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya, Toto Soegriwo selaku produser, dengan tegas menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan merupakan fitnah keji," tulis Toto.
"Kami tidak pernah menerima satu rupiah pun dana dari pemerintah, apalagi melakukan tindakan korupsi atau memanfaatkan uang haram sebagaimana yang dituduhkan."
Ia mengatakan klarifikasi dilakukan karena tuduhan sudah menyebar ke orang-orang di sekitarnya, seperti istri dan anak-anaknya. Anggota keluarga, kata Toto, kini ikut mengalami tekanan mental dan tertekan dengan hujatan itu.
Toto turut menegaskan pemerintah, melalui Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar, hanya memberi masukan terkait cerita, karakter, visual, trailer, serta aspek kreatif lainnya.
"Beliau tidak memberikan bantuan finansial maupun fasilitas promosi terhadap film ini," ia menegaskan.
"Kami memohon kepada masyarakat dan warganet untuk tidak serta-merta ikut menyebarkan informasi yang tidak benar, serta menghentikan segala bentuk hujatan, fitnah, dan serangan tanpa dasar," tuturnya.
Bantahan serupa sudah diberikan Endiarto selaku sutradara sekaligus produser eksekutif setelah ramai kabar Merah Putih: One for All menelan biaya produksi Rp6,7 miliar dengan pengerjaan kurang dari sebulan.
Jangka waktu pengerjaan yang sangat singkat ini memunculkan dugaan bahwa proyek tersebut dikerjakan terburu-buru, seolah menggunakan prinsip "the power of kepepet" agar bisa tayang bertepatan dengan momen HUT ke-80 RI pada 17 Agustus.
Netizen juga menjadi heran jika biaya produksi itu terbukti mencapai Rp6,7 miliar ketika menonton trailer yang menampilkan kualitas animasi Merah Putih: One for All.
Sebagai perbandingan, biaya produksi anime sekelas One Piece atau Demon Slayer per episodenya hanya sekitar Rp1,8 miliar, dengan kualitas yang jauh lebih tinggi.
"Saya enggak tahu juga itu angka ketemu dari langit atau apa," ujar Endiarto dalam acara detikpagi pada Senin (11/8).
"Bahkan ada satu media yang mewawancarai saya, 'Betul enggak Pak Endi ada anggaran Rp64 miliar?' Waduh, saya kalau dapat itu sudah glowing kayaknya," lanjutnya.
Terpisah, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf) Irene Umar menegaskan Kementerian Ekraf tak memberikan bantuan finansial atau fasilitas produksi terhadap film animasi terbaru Merah Putih: One for All.
Ia menjelaskan kementerian itu hanya menerima audiensi produser dan memberikan masukan saja. Namun, Irene juga menekankan semua pelaku industri kreatif bebas berkarya selama memberi dampak positif.
"Semua #PejuangEkraf itu bebas berkarya selama memberi dampak positif. Namun, kami tidak memberikan bantuan finansial dan tidak memberikan fasilitas promosi," ujar Irene melalui akun Instagram @irene.umar, Minggu (10/8).
(chri)