ANALISIS
abs | CNN Indonesia
Jumat, 13 Jun 2025 08:34 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Garuda, Timnas Indonesia, memang terbang rendah di langit Jepang. Sayapnya kena bedil enam kali tanpa bisa membalas, tapi bukan berarti tak bisa melayang tinggi lagi.
Ada waktu empat bulan untuk evaluasi; restorasi; rehabilitasi; bahkan reformasi. Tim Merah Putih sepantasnya datang ke fase keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan wajah kesatria.
Seperti tifografi La Grande Indonesia saat melawan China di GBK pada 5 Juni lalu, Jay Idzes dan kawan-kawan seyogyanya datang ke ronde ini dengan jiwa petarung Raden Wijaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raden Wijaya adalah pendiri kerajaan Majapahit. Ialah yang mengalahkan pasukan Kubilai Khan setelah bersama-sama melumat kerajaan Singasari yang dipimpin Jayakatwang.
Agar menjadi Raden Wijaya atau Majapahit di Asia, performa Timnas Indonesia tak pantas biasa-biasa saja. Mentalitas pasukan Garuda harus kukuh bak karang pantai selatan.
Pertahanan yang begitu keropos di hadapan Samurai Biru tak seharusnya dianggap wajar. Kalah 0-6 dari Jepang, meski memakai bahasa kalah kelas, sama sekali tak layak dinormalkan.
Absennya Rizky Ridho, sebagai satu-satunya pemain yang tampil dalam 17 laga dari 18 pertandingan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, membuat koordinasi lini pertahanan lemah.
Jay Idzes sebagai pusat gravitasi pertahanan Timnas Indonesia dan tak tergantikan selama fase ketiga, butuh rekan yang chemistry-nya sudah terjalin. Sejauh ini Mees Hilgers belum nyetel.
Patrick Kluivert juga perlu menyiapkan opsi pengganti Idzes. Kapten Venezia FC ini sudah mengantongi satu kartu kuning dan berpotensi absen jika kena kartu lagi pada laga selanjutnya.
Untuk posisi bek sayap kiri mungkin sudah solid dengan Calvin Verdonk, tetapi di sisi kanan belum. Ada banyak nama, tetapi belum ada yang benar-benar stabil dan menonjol.
Pertahanan adalah persoalan paling serius Timnas Indonesia saat ini, karena dari 10 laga fase ketiga kualifikasi berbuah 20 kebobolan. Ini bukan hanya statistik, inilah faktual kritis Timnas.
Karenanya pemain Timnas Indonesia butuh mentalitas Majapahit: tahan menderita dan buas memburu misi. Kuncinya, untuk bangunan Timnas yang instan, direkonstruksi dari sistem pertahanan.
Bisakah mentalitas Majapahit dimiliki Timnas Indonesia? Deoxyribonucleic Acid alias DNA-nya ada, tinggal bagaimana tim pelatih membangunkan Garuda yang sedang terluka.