CNN Indonesia
Selasa, 15 Apr 2025 21:02 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menekankan Indonesia tetap berkomitmen menjalankan transisi energi yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement), meski banyak negara mulai gamang usai salah satu negara penggagas, yakni Amerika Serikat (AS), memilih mundur.
Oleh sebab itu, Bahlil menyebutkan investor tak perlu ragu untuk masuk ke dalam negeri. Sebab, Indonesia kini membangun peta jalan sendiri untuk terus melaksanakan transisi energi.
"Ya walaupun banyak negara mulai ragu-ragu gitu, mulai agak tidak konsisten, tapi saya ingin mengatakan bahwa Indonesia akan selalu berada pada bagian yang akan menjalankan komitmen itu tetapi dengan penuh hati-hati secara mendalam," ujar Bahlil dalam acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit & Exhibition di JCC Senayan, Selasa (15/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, komitmen pemerintah ini tercermin dari mulai dikembangkannya ekosistem baru untuk mencapai transisi energi yakni melalui hidrogen. Meskipun biayanya mungkin lebih mahal dari listrik yang ekosistemnya sudah terbentuk, tapi harus dimulai.
"Ini adalah kita membuka babak baru dalam mengimplementasikan Paris Agreement. Presiden Prabowo telah mencanangkan asta cita, di mana ada yang berbicara tentang kedaulatan swasembada energi. Di dalamnya disitu adalah energi hijau, energi baru terbarukan dan hidrogen merupakan bagian daripada visi besar Bapak Presiden," jelasnya.
Di hadapan Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, Bahlil memastikan tak akan mundur dalam menjalankan transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
"Jadi Pak Dubes Prancis nggak perlu meragukan tentang komitmen Indonesia. Justru saran saya, Bapak tolong tanyakan kepada negara-negara yang telah menginisiasi untuk melahirkan Paris Agreement itu sejauh mana komitmen mereka. Karena ini Indonesia sudah sangat konsisten menjalankan," imbuhnya.
Bahlil menyebutkan saat ini pemerintah tengah menyusun regulasi untuk mengembangkan hidrogen, terutama untuk kendaraan. Di mana, insentif akan menjadi pertimbangan utama untuk diberikan kepada pelaku usaha yang mau membangun.
"Insentifnya kita lagi bahas lah. Kalau sudah ada baru. Jadi kita lagi tanya siapa yang masuk, siapa yang melakukan investasi. Kita minta proposal mereka. Kalau itu oke, kita akan jalankan," pungkasnya.
(ldy/pta)