Acara pentas seni budaya Papua yang digelar di Kya-kya Surabaya, Minggu (27/7) malam diwarnai kericuhan. Hal itu terjadi saat sekelompok orang mengaku mahasiswa Papua datang membubarkan acara.
Mereka mengaku sebagai mahasiswa asal Papua. Sekelompok orang tersebut meminta agar acara tersebut dihentikan.
Dialog pun sempat terjadi antar pihak penyelenggara dengan sekelompok orang tersebut. Mahasiswa Papua pun keberatan karena orang yang hadir di acara itu bukanlah orang Papua.
"Sekalipun atas nama alumni, tapi kami tidak tahu alumni dimana, kedudukannya dimana, pendiriannya kapan, kami tidak tahu. Bapak-bapak ini bukan alumni, ini masyarakat yang bekerja, sudah penduduk Surabaya, berati bukan orang Papua lagi," kata salah satu dari kelompok orang tersebut.
Sekelompok orang tersebut merasa, orang-orang yang menggelar acara ini tidak pernah hadir untuk mereka. Baik saat mereka mengalami diskriminasi hinggga intimidasi.
"Kami juga mahasiswa ini didiskriminasi tapi alumni -alumni itu kemana, sebagai orang Papua kemana selama ini," ucap mereka
Aparat kepolisian, TNI hingga Satpol PP pun datang. Mereka mencoba untuk meredam kegaduhan yang terjadi.
Tapi, tidak ada titik temu. Setelah dialog, tiba-tiba sekelompok orang itu pun berlarian ke dan memporak-porandakan kursi penonton.
Seketika, para penonton dan tamu undangan yang hadir histeris. Mereka pun berlarian ke sana kemari. Bahkan, anak-anak yang hadir juga menangis. Ada pula penonton yang pingsan.
Sekelompok orang ini pun juga berlarian hingga ke area tenant dan pengunjung Kya-kya Surabaya. Pengunjung dan pedagang sempat panik.
Sebelum kericuhan, Pengurus Alumni Papua Jawa Timur, Freek Cristiaan mengatakan acara ini merupakan pentas seni dan budaya untuk memperkenalkan budaya Papua ke Masyarakat Surabaya.
"Artinya kita dari masyarakat Papua ingin memperkenalkan budaya tari tarian kita kepada seluruh keluarga besar Jawa Timur khususnya yang ada di Kota Surabaya dan seluruh suku-suku yang ada kami undang untuk mengikuti acara," ujarnya.
Kasat Intelkam Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, AKP Amir Mahmud, mengatakan kericuhan dipicu akibat tidak dilibatkannya mahasiswa Papua dalam penyelenggaraan acara.
"Penolakannya karena mereka dari ada mahasiswa itu itu tidak dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Akhirnya mereka itu ya berusaha untuk menghentikan kegiatan tersebut, sampai terjadi aksi-aksi insiden itu," kata Amir.
Untungnya, kata Amir, warga sekitar tidak terprovokasi dengan kericuhan yang ditimbulkan oleh ulah sekelompok mahasiswa tersebut.
"Hanya adik-adik mahasiswa Papua yang merasa tersinggung dan tidak dilibatkan. Untungnya warga sekitar tidak ikut terlibat, sehingga tidak meluas," pungkasnya.