SBY Ungkap Alasan RI Keluar dari Geng Negara Produsen Minyak OPEC

2 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkap alasan Indonesia keluar dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) saat ia masih menjabat presiden.

Keputusan tahun 2008 itu, kata SBY, diambil karena Indonesia sudah menjadi net oil importer. Dengan kata lain, Indonesia memiliki volume impor minyak mentah dan produk turunannya lebih besar dibandingkan volume ekspor komoditas tersebut.

"Dulu saya masih ingat saya memang memutuskan Indonesia keluar dari OPEC. Why? Kalau mindset-nya itu kita ini kan kaya minyak, bisa berbuat apa saja, kita masuk OPEC. Mindset itu ketika kita menjadi net importer pasti keliru," kata SBY pada Indonesia Energy Transition Dialogue 2025 di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (6/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia mulai bergabung dengan OPEC pada 1962. Ketika itu, dengan produksi 1,6 juta barel per hari dan konsumsi kurang dari 1 juta barel, Indonesia termasuk negara pengekspor minyak yang cukup penting.

Saat SBY menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 1999-2001, produksi minyak Indonesia mencapai 1,5 juta per barel per hari.

Produksi minyak mentah Indonesia terus turun, sedangkan konsumsi terus naik. Indonesia menjadi net oil importer sejak 2003. Produksi minyak Indonesia menurun hingga sekitar 600 ribu per barel per hari.

"Jadi dibuang penuh pemikiran kita, kita kaya minyak, tergantung ke minyak bumi dan sebagainya," kata SBY.

Selain itu, SBY menilai jika masih bergabung dengan OPEC maka akan menghambat komitmen Indonesia beralih ke energi hijau.

"Kita harus shift betul, go to (energi) yang sifatnya renewable, betul-betul renewable," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, ia optimistis Indonesia bisa berperan besar dalam upaya global menyelamatkan bumi dari krisis lingkungan dan krisis iklim.

Namun, SBY menilai target itu bisa dicapai jika semua negara memiliki tekad yang sama. Ia pun menyayangkan jika ada pemimpin dunia yang tidak peduli dengan isu krisis iklim dengan alasan mementingkan kepentingan negaranya sendiri.

"For me, it is not only irresponsible, tapi juga immoral, karena tahu buminya akan kiamat, karena tahu masa depan generasi berikutnya lagi akan hilang," katanya.

[Gambas:Video CNN]

(dhf/dhf)

Read Entire Article
Entertainment |