Jakarta, CNN Indonesia --
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), perusahaan di balik jaringan minimarket Alfamart, resmi mengakuisisi seluruh saham PT Lancar Wiguna Sejahtera, entitas pengelola jaringan Lawson di Indonesia, dari PT Midi Utama Indonesia Tbk atau Alfamidi.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (14/5), Alfamart mengumumkan pembelian 1,48 miliar saham Lawson senilai Rp200,45 miliar, atau Rp135 per lembar saham.
"Transaksi ini bukan merupakan transaksi benturan kepentingan maupun transaksi material, sehingga tidak memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham," ujar Corporate Secretary AMRT, Tomi Widian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alfamidi menyebut langkah ini diambil untuk memfokuskan bisnis pada sektor perdagangan eceran lainnya. Lawson sendiri kini memiliki 374 gerai convenience store, dengan fokus utama pada penjualan makanan siap saji.
Lantas, siapa sosok pemilik Alfamart?
Di balik ekspansi agresif Alfamart, terdapat nama Djoko Susanto, pengusaha retail yang merintis bisnisnya dari sebuah kios sederhana di pasar tradisional.
Lahir di Jakarta pada 9 Februari 1950 dengan nama Kwok Kwie Fo, Djoko merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara dalam keluarga pedagang.
Pendidikan Djoko sempat terputus pada masa SMA akibat kebijakan pemerintah yang menutup sekolah-sekolah Tionghoa pada 1966. Sejak usia 17 tahun, ia mulai mengelola toko milik orang tuanya, Toko Sumber Bahagia di Pasar Arjuna, yang awalnya menjual sembako dan rokok, lalu fokus pada penjualan rokok.
Ketekunan Djoko membangun jaringan distribusi menarik perhatian Putera Sampoerna, pengusaha rokok ternama dari HM Sampoerna. Mereka bekerja sama sejak 1985 dan mendirikan 15 kios di Jakarta.
Pada 1989, lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat dengan konsep minimarket. Nama 'Alfa' dipilih karena netral, tidak mengandung nama pemilik.
Setelah Philip Morris mengakuisisi HM Sampoerna dan melepas unit ritelnya, Djoko mengambil alih sepenuhnya dan mengembangkan jaringan menjadi Alfamart yang kini dikenal luas. Ia memegang mayoritas saham Alfamart, atau 53,19 persen, melalui PT Sigmantara Alfindo.
Saat ini, Alfamart mengoperasikan lebih dari 22 ribu gerai di Indonesia dan 2.000 gerai di Filipina. Ia juga menjalankan jaringan Alfamidi dan berbagai lini bisnis lain, termasuk Alfacart untuk ritel daring, Sumber Indah Lestari untuk kesehatan dan kecantikan, hingga Sumber Wahana Sejahtera untuk pengiriman paket.
Forbes menaksi harta kekayaan Djoko Susanto sebesar US$3,4 miliar atau setara Rp56,18 triliun (asumsi kurs Rp16.523 per dolar AS) per 15 Mei 2025.
Dengan jumlah kekayaan itu, Djoko berada di urutan ke-12 orang terkaya di Indonesia dan ke-1.102 di dunia. Ia juga masuk daftar Indonesia's 50 Richest versi Forbes.
Djoko juga mendirikan Universitas Bunda Mulia di Jakarta pada 2003 yang menawarkan program pendidikan dari bisnis digital hingga desain komunikasi visual. Di sektor properti, ia mengelola jaringan hotel melalui Alfaland dan Omega Hotel Management.
Anak-anaknya, Feny, Budiyanto, dan Harryanto, kini menduduki posisi penting dalam manajemen Alfamart.
(del/sfr)