Startup AI Cetak Generasi Konglomerat Baru, Termuda 25 Tahun

4 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Ledakan kecerdasan buatan (AI) berhasil mencetak generasi konglomerat baru hanya dalam waktu satu hingga dua tahun sejak startup didirikan.

Salah satu figur termuda yang mencuri perhatian adalah Michael Truell, CEO dan pendiri Anysphere, yang baru berusia 25 tahun.

Mengutip CNBC, Selasa (12/8), Anysphere, startup AI yang fokus pada pengembangan agen cerdas, baru-baru ini memperoleh valuasi hingga US$20 miliar atau setara Rp325,89 triliun (asumsi kurs Rp16.294 per dolar AS) hanya beberapa pekan setelah pendanaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pencapaian perusahaan yang didirikan ini membawa Truell bergabung dalam jajaran miliarder termuda dari sektor teknologi.

Fenomena ini merupakan bagian dari tren global yang lebih luas, di mana startup AI berhasil menciptakan puluhan miliarder baru di tengah gelombang pendanaan besar-besaran dari investor ventura, sovereign wealth fund, hingga family office.

Saat ini terdapat 498 unicorn AI atau startup AI dengan valuasi lebih dari US$1 miliar, dengan total nilai mencapai US$2,7 triliun. Sebanyak 100 di antaranya baru berdiri sejak 2023.

"Jika melihat lebih dari 100 tahun data, belum pernah ada penciptaan kekayaan sebesar dan secepat ini," kata Andrew McAfee, peneliti utama di MIT dan co-director Initiative on the Digital Economy.

Beberapa nama besar seperti OpenAI, Anthropic, Safe Superintelligence, hingga Thinking Machines Lab menjadi pendorong utama fenomena ini.

Thinking Machines Lab, yang didirikan oleh mantan CTO OpenAI, Mira Murati, sukses menggalang pendanaan sebesar US$2 miliar hanya dalam lima bulan, menjadikannya seed round terbesar dalam sejarah.

Anthropic, yang saat ini tengah dalam pembicaraan untuk penggalangan dana senilai US$5 miliar dengan valuasi mencapai US$170 miliar, telah melahirkan setidaknya tujuh miliarder dari kalangan pendirinya.

Meskipun banyak kekayaan tersebut masih dalam bentuk paper wealth alias kekayaan atas kertas karena perusahaan belum go public, pasar sekunder dan tender offer kini memberikan likuiditas kepada para pendiri dan karyawan.

OpenAI, misalnya, tengah menjajaki penjualan saham sekunder yang bisa menaikkan valuasinya ke angka US$500 miliar.

[Gambas:Video CNN]

(ldy/sfr)

Read Entire Article
Entertainment |