Trump: Emas Tidak Akan Dikenakan Tarif!

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden AS Donald Trump mengatakan impor emas tidak akan dikenakan tarif tambahan. Hal itu disampaikan beberapa hari setelah muncul kebingungan kenaikan tarif atas emas batangan tertentu yang berpotensi ganggu perdagangan global.

Komentar Trump muncul setelah otoritas bea cukai AS mempublikasikan surat yang menyatakan bahwa emas batangan dengan dua berat standar, yakni satu kilogram dan 100 ons (2,8 kilogram), harus diklasifikasikan sebagai barang yang kena bea masuk.

"Emas tidak akan dikenakan tarif!" kata Trump di platform Truth Social miliknya, seperti dikutip dari AFP, tanpa memberikan detail lebih lanjut.

Surat tersebut, yang dipublikasikan pekan lalu dan bertanggal 31 Juli, pertama kali dilaporkan Financial Times. Publikasi itu menyebabkan harga emas di pasar berjangka AS mencapai rekor tertinggi.

Namun, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada AFP pada Jumat (8/8) bahwa pemerintahan Trump berencana "mengeluarkan perintah eksekutif dalam waktu dekat untuk mengklarifikasi informasi yang salah tentang tarif emas batangan dan produk khusus lainnya."

[Gambas:Video CNN]

Pada hari yang sama, emas untuk pengiriman Desember mencapai rekor tertinggi di Comex, pasar berjangka terbesar di dunia.

Titik kekhawatiran pada kemungkinan produk emas akan dibebaskan dari tarif "timbal balik" Trump yang berdampak pada barang-barang dari puluhan negara, termasuk Swiss, yang mengenakan tarif sebesar 39 persen.

Batangan emas seberat satu kilogram adalah bentuk yang paling umum diperdagangkan di Comex dan mencakup sebagian besar ekspor emas batangan Swiss ke AS, menurut FT.

Surat keputusan bea cukai AS mengejutkan di tengah ekspektasi bahwa emas batangan akan diklasifikasikan di bawah kode bea cukai yang berbeda yang akan membebaskan mereka dari pungutan Trump di seluruh negeri.

Padahal surat keputusan bea cukai AS biasanya digunakan untuk mengklarifikasi kebijakan perdagangan.

Emas, yang dipandang sebagai investasi safe haven, telah mencapai rekor tertinggi tahun ini di tengah kekhawatiran tarif dan gejolak geopolitik.

(afp/chri)