Viral 'Rp10 Ribu di Tangan Istri', Ahli Ingatkan Risiko Gizi

4 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Konten bertajuk Rp10 ribu di tangan istri yang tepat tengah viral di media sosial. Banyak warganet terpukau dengan kreativitas para istri mengelola uang belanja yang terbatas.

Namun, tak sedikit pula yang menyoroti sisi lain di balik tren ini, benarkah Rp10 ribu cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari penuh?

Bagi sebagian orang, Rp10 ribu dianggap masih bisa diolah menjadi menu sederhana seperti tempe dan kangkung untuk satu keluarga. Namun, bagi yang lain, angka itu terasa mustahil, terlebih bila menghitung harga gas, listrik, hingga bahan pelengkap seperti minyak, bumbu, atau lauk tambahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga pangan yang bervariasi di tiap daerah juga menambah kompleksitas isu ini. Karena itu, membandingkan kemampuan seseorang mengatur uang belanja dengan batas Rp10 ribu dinilai tidak adil dan berpotensi menstigmatisasi perempuan, terutama para istri.

Menurut Nida Adzilah Auliani, Project Lead for Food Policy di Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), cara seseorang membelanjakan uang untuk pangan dipengaruhi dua faktor besar, yakni eksternal dan internal.

"Secara eksternal, masalahnya ada di keterjangkauan pangan, marketing produk, dan sisi politik kenaikan harga. Sedangkan internal berkaitan dengan preferensi rasa dan kemampuan daya beli," ujarnya saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (9/10), mengutip Detik.

Nida menegaskan bahwa fokus utama seharusnya bukan pada nominal Rp10 ribu, tetapi pada terpenuhinya kebutuhan gizi. Indonesia, kata dia, masih menghadapi tantangan triple burden malnutrition, yakni kelebihan berat badan, kekurangan berat badan, dan hidden hunger atau kelaparan tersembunyi.

Dalam kondisi hidden hunger, seseorang merasa kenyang karena makan karbohidrat dalam jumlah cukup, tapi justru kekurangan vitamin dan mineral penting yang dibutuhkan tubuh.

"Bisa jadi dia sudah merasa kenyang, tapi tidak mendapatkan asupan zat besi, vitamin A, atau yodium yang sesuai," jelasnya.

Penelitian dari Lancet Regional Health Southeast Asia (2022) mencatat bahwa sebagian besar kasus hidden hunger di Indonesia terkait defisiensi mikronutrien. Data Food and Agriculture Organization (FAO) bahkan menyebut dua miliar orang di dunia kekurangan zat gizi mikro.

"Jadi, harga itu bukan indikator utama. Yang penting bagaimana kita memastikan protein, karbohidrat, dan mikronutrien lainnya tetap terpenuhi sesuai kemampuan," jelasnya.

Risiko gizi buruk, terutama bagi ibu dan anak

Dokter spesialis gizi klinik Johanes Chandrawinata juga menyoroti risiko dari tren ini, terutama bagi ibu hamil dan anak.

"Anak itu tidak minta dilahirkan, tapi orang tuanya yang menginginkan kehadirannya. Karena itu, kebutuhan gizi anak sejak dalam kandungan menjadi tanggung jawab orang tua," ujar Johanes.

Ia menegaskan, jika belum mampu memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, sebaiknya menunda kehamilan dengan ber-KB. Pasalnya, kekurangan gizi pada masa kehamilan dapat berdampak panjang terhadap tumbuh kembang janin.

"Dengan Rp10 ribu, terutama di kota besar, kemungkinan besar yang didapat hanya bahan sederhana dan monoton. Kurang gizi selama hamil dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin serta risiko kehamilan yang tidak optimal," jelasnya.

Baca selengkapnya di sini

(tis/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |