Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden China Xi Jinping tiba di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa (15/4) pagi waktu setempat.
Xi disambut langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim usai mendarat di Kuala Lumpur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam siaran media China CCTV, Xi menyampaikan bahwa dirinya "menantikan untuk memperdalam persahabatan" antara China dan Malaysia.
Ia bertemu dan berbincang dengan Anwar serta Raja Sultan Ibrahim dalam lawatan ini.
Berdasarkan jadwal, Xi menghadiri perjamuan kenegaraan di Istana Raja Malaysia pada Rabu (16/4) pagi sebelum bertemu dengan Anwar di ibu kota pemerintahan Putrajaya.
Xi dan Anwar akan menyaksikan penandatanganan sejumlah perjanjian bilateral.
"China akan bekerja sama dengan Malaysia untuk melawan konfrontasi geopolitik dan berbasis kubu, serta kemunculan kembali unilateralisme dan proteksionisme," demikian pernyataan Xi dalam artikel di The Star.
"Kita harus menjunjung tinggi sistem internasional yang berpusat pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan tatanan internasional, serta mendorong tata kelola global yang lebih adil dan setara," lanjut Xi, seperti dikutip AFP.
China dan Malaysia memperingati 50 tahun hubungan diplomatik merdeka pada tahun lalu. Kedua negara memiliki hubungan perdagangan yang kuat, meskipun saling mengeklaim sebagian wilayah Laut China Selatan, yang diklaim seluruhnya oleh Beijing.
China telah menjadi mitra dagang terbesar Malaysia selama 16 tahun berturut-turut. Total perdagangan keduanya menyumbang 16,8 persen perdagangan global Malaysia tahun lalu.
Xi berkunjung ke Malaysia usai melawat lebih dulu Vietnam.
Pekan ini, Xi melakukan tur ke tiga negara ASEAN, yakni Vietnam, Malaysia, dan Kamboja.
Kunjungan itu dilakukan di tengah perang dagang China dan AS belakangan.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mematok tarif sebesar 145 persen untuk produk impor Beijing, yang dibalas pajak impor sebesar 125 persen oleh China.
Trump menilai tur Asia Tenggara Xi dilakukan untuk "mengacaukan Amerika Serikat".
Dalam kunjungan di Vietnam sendiri, Xi menandatangani 45 perjanjian kerja sama, yang meliputi rantai pasok, kecerdasan buatan, patroli maritim bersama, serta pengembangan kereta api.
China dan Vietnam juga membuat pernyataan bersama yang "menentang hegemoni dan politik kekuasaan (serta) bersama-sama menentang unilateralisme dalam segala bentuk."
(blq/bac)