CNN Indonesia
Senin, 04 Agu 2025 17:11 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Angkatan Laut China dan Rusia mulai bergerak bersama di Laut Jepang sejak akhir pekan lalu.
Manuver itu merupakan bagian dari upaya memperkuat kemitraan strategis mereka sekaligus menyeimbangkan dominasi tatanan global yang dipimpin Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latihan gabungan berjudul 'Joint Sea 2025' ini dimulai di perairan dekat pelabuhan Vladivostok, Rusia, dan akan berlangsung selama tiga hari, menurut pernyataan resmi Kementerian Pertahanan China pada Minggu (3/8).
Latihan akan mencakup simulasi penyelamatan kapal selam, operasi anti-kapal selam bersama, pertahanan udara dan rudal, serta pertempuran maritim.
Sebanyak empat kapal perang China ikut ambil bagian dalam latihan ini, termasuk kapal perusak peluru kendali Shaoxing dan Urumqi, bersama dengan sejumlah kapal angkatan laut Rusia, demikian disampaikan kementerian.
Setelah latihan selesai, kedua negara juga dijadwalkan melakukan patroli laut di wilayah terkait di kawasan Pasifik.
Hubungan militer makin erat
Latihan bersama ini merupakan bagian dari rangkaian tahunan yang telah dilakukan China dan Rusia sejak 2012. Tahun lalu, latihan digelar di sepanjang pantai selatan China. Namun, untuk tahun ini, latihan digelar di Laut Jepang.
Dalam laporan tahunannya bulan lalu, Kementerian Pertahanan Jepang memperingatkan bahwa kerja sama militer antara China dan Rusia yang semakin erat menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keamanan regional.
Meski begitu, Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia menegaskan bahwa latihan ini bersifat defensif dan "tidak ditujukan kepada negara lain," menurut laporan dari portal analisis militer milik Institut Angkatan Laut AS.
Sikap China terhadap perang Ukraina
China terus mempererat hubungan dengan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk memberikan dukungan ekonomi bagi Moskow yang terdampak sanksi Barat akibat invasi ke Ukraina.
Meskipun tidak pernah mengecam perang yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun itu, China mengklaim dirinya sebagai pihak netral.
Tiongkok secara rutin menyerukan agar pertempuran segera diakhiri, namun juga menuduh negara-negara Barat memperpanjang konflik dengan terus memasok senjata ke Ukraina.
Pada Jumat lalu, Kementerian Pertahanan China menyatakan bahwa latihan gabungan tahun ini bertujuan untuk "memperdalam kemitraan strategis komprehensif" antara kedua negara.
(isa/bac)