Berapa Lama Sperma Perlu Dikeluarkan agar Prostat Tetap Sehat?

3 hours ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Perbincangan mengenai seberapa sering pria perlu ejakulasi kerap dikaitkan dengan kesehatan sperma hingga risiko kanker prostat.

Di tengah beredarnya anggapan bahwa sperma yang terlalu lama tidak dikeluarkan bisa berbahaya, sejumlah ahli menegaskan ejakulasi memang memiliki peran penting. Meski begitu, hingga kini tidak ada aturan medis baku mengenai berapa lama sperma harus dikeluarkan.

Dokter Spesialis Andrologi di Eka Hospital Family PIK, Christian Christoper Sunnu, menjelaskan sperma diproduksi setiap hari oleh tubuh pria dan memiliki siklus hidup terbatas di sistem reproduksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika terlalu lama tidak dikeluarkan, kualitas sperma dapat menurun dan berpotensi memicu gangguan kesehatan, salah satunya kanker prostat.

"Sperma setiap hari diproduksi rata-rata 8 juta. Sperma dihasilkan di buah zakar dan disimpan di epididimis yang bisa menyimpan maksimal sekitar dua minggu. Kalau tidak dikeluarkan, bisa menumpuk dan berbahaya," ujar Sunnu di Jakarta Pusat, Selasa (16/12).

Menurutnya, epididimis bukan tempat penyimpanan permanen. Selain berbahaya, sperma yang terlalu lama berada di sana juga dapat mengalami penurunan kualitas.

Meski tidak ada patokan medis pasti untuk mencegah kanker prostat, ia menilai ejakulasi dalam rentang satu hingga dua minggu sekali dapat membantu menjaga kesehatan sperma dan prostat.

Namun, melansir WebMD, pria yang sering melakukan ejakulasi setidaknya 21 kali dalam sebulan memiliki peluang sekitar 20 persen lebih rendah terkena kanker prostat dibandingkan mereka yang melakukannya lebih jarang.

Sperma terlalu lama bisa picu peradangan

Sunnu menjelaskan sperma yang tidak dikeluarkan dalam waktu lama juga berpotensi mengalami proses kedaluwarsa. Dalam kondisi tertentu, sperma yang terlalu lama berada di saluran reproduksi dapat berkontribusi terhadap pembentukan radikal bebas yang memicu peradangan.

"Sperma kalau tidak dikeluarkan bisa 'expired' dan akhirnya menjadi radikal bebas. Ini bisa memicu peradangan kronis yang berujung pada pembesaran prostat," jelasnya.

Ia menambahkan, mekanisme pengeluaran sperma secara alami juga dipengaruhi oleh usia. Pada pria yang lebih muda, ejakulasi masih berjalan optimal.

"Usia muda 16-18 tahunan, mekanisme mimpi basah masih mudah. Tapi kalau sudah usia 30-40 tahunan, mekanisme mimpi basahnya biasanya sudah tidak sekuat itu," ujar Sunnu.

Namun, ejakulasi yang terlalu sering juga tidak selalu menguntungkan bagi kualitas sperma. Menurutnya, ejakulasi setiap hari tidak ideal bila tujuan utamanya adalah menjaga kesehatan sperma.

"Ejakulasi sebaiknya tidak setiap hari karena tidak baik bagi kesehatan sperma," ujarnya.

Karena itu, frekuensi ejakulasi tetap perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi pria sekaligus membantu pembuangan sperma yang sudah kedaluwarsa. Sejumlah studi juga menyebutkan bahwa masturbasi yang terlalu sering dapat menurunkan sensitivitas penis.

Faktor usia dan aktivitas fisik

Sunnu juga menyoroti gangguan prostat yang lebih sering terjadi pada pria usia 40 hingga 50 tahun, terutama mereka dengan gaya hidup sedentari atau kurang gerak.

"Pembesaran prostat sering terjadi di usia 40-50-an karena kurang gerak. Lemak tubuh tinggi, sementara massa otot rendah. Padahal proses ejakulasi membutuhkan kerja otot," jelasnya.

Tak hanya itu, Sunnu juga menyinggung soal para pekerja yang lebih rentan mengalami pembesaran prostat. Alasannya, para pekerja ini jarang bergerak dan terlalu lama duduk setiap hari.

"Yang sering kena pembesaran prostat itu orang-orang kantoran, jarang gerak, sering duduk. Tapi kalau aktif olahraga setiap hari, jarang kena pembesaran prostat," ujar Sunnu.

Kanker prostat juga dapat memengaruhi ejakulasi karena menimbulkan rasa nyeri. Penderitanya bisa mengalami perdarahan pada air mani atau jumlah air mani yang lebih sedikit dibandingkan sebelum terdiagnosis kanker.

Meski demikian, hingga kini belum diketahui secara pasti apakah ejakulasi saat berhubungan seks memiliki manfaat yang sama dengan masturbasi.

Beberapa penelitian menemukan komposisi air mani berbeda, air mani saat berhubungan seks diketahui memiliki kadar sperma dan beberapa zat kimia yang lebih tinggi, sehingga ada kemungkinan perbedaan ini turut memengaruhi risiko kanker prostat pada pria.

(nga/tis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |