BGN Akui Tak Semua Dapur MBG Punya Sanitasi Air yang Baik

2 hours ago 4

CNN Indonesia

Kamis, 02 Okt 2025 05:35 WIB

Kepala BGN Dadan Hindayana mengakui belum semua SPPG atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki sanitasi air yang baik atau bersih. Kepala BGN Dadan Hindayana mengakui belum semua SPPG atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki sanitasi air yang baik atau bersih. (CNN Indonesia/Loamy Noprizal).

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengakui belum semua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki sanitasi air yang baik atau bersih.

Hal tersebut disampaikan Dadan dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Rabu (1/10) hari ini. Temuan itu didapati pihaknya usai menginvestigasi kasus keracunan yang terjadi dalam dua bulan terakhir.

"Dari kejadian di berbagai tempat, nampak juga bahwa belum semua air di SPPG memiliki sanitasi yang baik," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan sejumlah SPPG di Bandung, Jawa Barat, sebelumnya diketahui tidak mencuci peralatan dengan air panas. Temuan inilah yang kemudian membuat Presiden Prabowo Subianto memerintahkan agar seluruh SPPG memiliki alat sterilisasi.

"Ketika kami cek apakah mencucinya menggunakan air panas, ternyata belum disiapkan. Beberapa SPPG sudah memiliki alat sterilisasi dengan pemanas gas yang bisa memanaskan 120 derajat dalam satu menit, sudah bisa sterilisasi terkait dengan alat makan," tuturnya.

Dadan mengatakan saat ini BGN juga telah memberikan instruksi kepada seluruh SPPG untuk memasak dengan air galon. Sementara proses pencucian bahan makanan memakai air yang sudah disaring.

"Kami juga menyarankan untuk meningkatkan sanitasi. Terutama untuk memasak, kita sudah instruksikan agar mereka menggunakan air galon. Untuk mencuci, airnya perlu diberikan saringan," jelasnya.

Dalam kesempatan sama, ia juga mengungkapkan bahwa maraknya kasus siswa keracunan usai mengkonsumsi MGB dalam dua bulan terakhir dikarenakan SPPG tidak mematuhi SOP yang ada.

Ia lantas mencontohkan dalam beberapa kasus keracunan MBG ditemukan jika pihak SPPG melakukan pembelian bahan baku sejak H-4 pengolahan.

Padahal, kata dia, aturan yang ditetapkan mewajibkan pembelian bahan baku pada H-2.

Selain itu, Dadan menyebut dari hasil investigasi di Bandung, Jawa Barat, ditemukan juga proses memasak hingga pengiriman yang melewati ketentuan hingga lebih dari 6 jam.

"Optimalnya di 4 jam. Seperti di Bandung itu ada yang memasak dari jam 9 dan kemudian di delivery-nya ada yang sampai jam 12, ada yang jam 12 lebih," tuturnya.

[Gambas:Video CNN]

(tfq/sfr)

Read Entire Article
Entertainment |