Kupang, CNN Indonesia --
Badan Gizi Nasional (BGN) meminta maaf atas kasus keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di Nusa Tenggara Timur (NTT) usai mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dua pekan lalu.
Peristiwa keracunan massal imbas konsumsi MBG itu ada di Kota Kupang dan Kabupaten Sumba Barat Daya. Deputi Sistem dan Tata Kelola BGN Tigor Pangaribuan mengatakan peristiwa-peristiwa keracunan massal itu pun akan menjadi instropeksi internal pihaknya.
"Pertama-tama dari Badan Gizi Nasional, saya mewakili kepala Badan Gizi Nasional mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh orangtua dari murid yang terdampak dari insiden keamanan pangan dari proses makanan bergizi gratis ini, yang ada di SMP Negeri 8 Kota Kupang," kata Tigor saat berkunjung ke SMP Negeri 8 Kota Kupang, Senin (4/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan BGN merasa prihatin atas keracunan yang dialami oleh ratusan siswa usai menyantap MBG.
Tigor mengaku kedatangannya ke Kupang untuk melakukan evaluasi secara internal dan mengecek langsung sistem dan pengelolaan makanan pada dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Dia mengatakan kesalahan yang membuat terjadinya peristiwa keracunan massal itu harus diperbaiki sehingga kasus serupa tidak terulang lagi di kemudian hari.
"Kita lakukan introspeksi internal dulu, kenapa ini bisa terjadi, karena dapur atau SPPG yang melakukan pelayanan (MBG ke SMPN 8) itu sudah berjalan dari 17 Februari 2025," kata Tigor.
Dia menerangkan SPPG Kelapa Lima 1 sebagai penyedia MBG bagi peserta didik SMP Negeri 8 Kota Kupang akan dilakukan evaluasi secara menyeluruh. Evaluasi itu dilakukan sesuai dengan standar operasional dan petunjuk teknis yang dimiliki BGN untuk seluruh SPPG dalam pelayanan MBG.
"Salah satu petunjuk teknis itu adalah memastikan bahan pangan itu harus benar, harus baik, harus segar, itu yang pertama," ujar Tigor.
Dan, bahan pangan itu akan dilihat dan didiskusikan lagi lebih detail dengan pihak SPPG.
Sedangkan untuk yang kedua adalah proses pengolahan bahan pangan menjadi bahan makanan juga akan dilihat hingga proses pengantarannya.
"Kita juga melihat bagaimana pengantarannya, distribusinya, karena ini semua rantai di mana bisa saja dalam rantai tersebut mungkin ada terjadi kontaminasi dari makanan tersebut, jadi kita evaluasi satu per satu," ujarnya.
Dia mengatakan perbaikan yang dilakukan secara internal di SPPG yang melayani MBG ini itu juga akan dievaluasi setiap hari terutama dalam proses pemberian makanan.
Sebelumnya kasus keracunan massal ratusan siswa SMP Negeri 8 Kota Kupang usai menyantap MBG terjadi pada Selasa (22/7). Ada sekitar 200 siswa mengalami sakit perut, pusing, mual, muntah dan bahkan ada yang sesak napas sehingga harus dilarikan ke tiga rumah sakit.
Kasus keracunan massal juga terjadi di Sumba Barat Daya pada Rabu (23/7), ada 77 siswa dari tiga sekolah yakni SMK Negeri 2 Kota Tambolaka, SMK Don Bosco dan SMA Negeri 1 Kota Tambolaka yang mengalami keacunan usai menyantap MBG pada Rabu (23/7) pagi.'
Puluhan siswa tersebut pun akhirnya harus dilarikan ke dua rumah sakit dan satu puskesmas untuk mendapat perawatan medis.
(eli/kid)