Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 18 kejadian bencana sepanjang akhir pekan hingga hari ini, Minggu (13/4), di mana sembilan di antaranya berdampak signifikan dan menjadi perhatian serius.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menuturkan bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi.
Pertama, kejadian baru tercatat di Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Banjir terjadi pada Sabtu (12/4) pukul 02.45 WIB dan berdampak pada 44 KK atau 125 jiwa, serta merendam 44 unit rumah. Banjir telah surut pada hari yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, delapan kejadian lainnya merupakan pembaruan dari kejadian sebelumnya.
Di antaranya di Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, banjir melanda tiga kecamatan akibat Sungai Desa Harapan yang meluap pada Jumat (11/4). Banjir itu berdampak pada 557 KK atau 1.266 jiwa, 477 unit rumah, delapan ekor ternak, empat rumah ibadah, satu fasilitas kesehatan, tiga fasilitas pendidikan, dua fasilitas umum, serta satu jembatan putus.
"BPBD melaporkan sebagian wilayah masih tergenang air dengan ketinggian muka air sekitar 30 cm," kata Abdul Muhari melalui siaran persnya, Minggu (13/4).
Sementara itu, di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, angin kencang pada Sabtu (12/4) menyebabkan kerusakan pada 37 unit rumah (23 rumah rusak ringan, 12 rumah rusak sedang, dua rumah rusak berat), berdampak pada 50 KK atau 140 jiwa, serta satu titik akses jalan terdampak. Situasi sudah kondusif dan perbaikan mandiri dilakukan warga.
Di wilayah Kalimantan, banjir juga terjadi di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, yang berdampak pada sekitar 5.709 KK atau 16.752 jiwa serta 4.218 unit rumah. Monitoring tinggi muka air dilakukan melalui Early Warning System (EWS) di Desa Rantau Nangka dan Desa Sungai Arfat.
Kemudian, di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, banjir berdampak pada 745 KK, sekitar 692 unit rumah, tiga akses jalan, dan satu jembatan. Ketinggian air mulai turun sekitar 15 cm di Desa Pangkalan Bayat dan Desa Bayat Ilir.
Adapun di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, sebanyak 97 KK terdampak banjir dan satu jiwa meninggal dunia. Sebanyak 130 unit rumah terdampak dengan tinggi muka air antara 20 cm hingga 100 cm. Banjir mulai surut di beberapa titik.
Lalu, di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara, sebanyak 33 KK atau 121 jiwa terdampak dan 33 unit rumah terendam. Banjir telah surut dan BPBD disebut melakukan normalisasi sungai serta pemasangan bronjong.
Selain itu, di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, sebanyak 3.031 KK atau 11.584 jiwa terdampak, dengan 46 KK atau 64 jiwa mengungsi.
Sebanyak 2.546 rumah, satu fasilitas ibadah, dan 675 hektare kebun terdampak. Di beberapa titik, genangan air berkisar antara 10 sampai 50 cm, namun di Desa Pulau Palas telah surut.
Terakhir, di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, sedimentasi laut berdampak pada 1.368 KK atau 4.360 jiwa. Pemeriksaan alur pelayaran oleh PT Pelindo menunjukkan kedalaman 0,9 meter, menyebabkan masyarakat Pulau Enggano terisolasi.
Berdasarkan prakiraan potensi cuaca ekstrem periode 11-13 April 2025, tutur Abdul Muhari, wilayah dengan potensi hujan sedang hingga lebat akan terjadi di Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara.
Kemudian Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, Papua Selatan, Papua Tengah, Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.
Menyikapi hal tersebut, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah dengan mengikuti informasi prakiraan cuaca harian dari instansi terkait secara berkala, membersihkan saluran drainase maupun daerah aliran sungai (DAS), dan mempersiapkan tas siaga bencana.
"Jika hujan lebat terjadi lebih dari satu jam dan menghalangi jarak pandang kurang dari 100 meter, masyarakat yang tinggal di dekat DAS maupun area perbukitan atau lereng dapat melakukan evakuasi sementara ke tempat yang lebih aman," ucap Abdul Muhari.
(ryn/gil)