Cerita Ngatimin, Petani Solo Menembus Panas Mina Usai Lempar Jumrah

14 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Ngatimin (73 tahun), berjalan dengan pelan sambil memegang dua payung untuk melindungi kepala dari sengatan panas kota Mina, Makkah, Arab Saudi usai melempar Jumroh. Pria lanjut usia itu tampak sabar berjalan sendirian meski tertinggal jauh dari rombongannya.

Dengan raut wajah yang lelah, jemaah haji yang merupakan petani serabutan asal Solo itu menanyakan lokasi toilet umum terdekat yang bisa dijangkaunya.

Jemaah haji kloter 29 itu mengaku sudah bisa menyesuaikan cuaca panas di tanah suci meskipun harus mengenakan payung sebagai penghalau panas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia kemudian bercerita punya cara sendiri untuk menyiasati cuaca panas yang ia rasakan saat puncak ibadah haji 1446 Hijirah mulai dari Arafah, Muzdalifah hingga Mina.

"Selain mencukupi kebutuhan air, mengonsumsi vitamin dan suplemen, yang paling penting menanamkan kesabaran dalam segala hal di tanah suci," ujarnya kepada CNNIndonesia.com saat beristirahat di samping tembok pembatas camp 44 Street 204, Mina, Jumat (6/6).

Ngatimin bercerita ia dan beberapa teman rombongannya berangkat dari camp 11 tempat mereka menginap jam 9 pagi waktu Saudi ke Jamarat untuk lempar Jumroh Aqabah di 10 Zulhijjah.

"Kami sempat beberapa jam di sana karena penuhnya jemaah yang akan lempar Jumroh Aqobah," katanya.

Ia berangkat ke tanah suci bersama istri dan kedua adiknya setelah 13 tahun menunggu keberangkatan haji. Ia bersama rombongan baru tiba di Mina jam 3 dini hari tadi setelah beberapa jam mabit Muzdalifah usai menyelesaikan prosesi wukuf Arafah di 9 Zulhijjah.

Tanpa rasa cemas di tengah ancaman panas, Ngantimin mengaku masih bersemangat untuk menyelesaikan proses ibadah Haji yang merupakan rukun Islam yang kelima itu hingga 13 Zulhijjah mendatang.

Melempar Jumrah adalah bagian dari syarat wajib haji bagi para jemaah mulai tanggal 10 sampai 13 Zulhijjah.

Usai melontar di Jumrah Aqabah pada 10 Zulhijjah, jemaah akan melanjutkan prosesi mabit di Minta pada hari Tasyrik yang akan dimulai besok (7/6) atau tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah. Selama tiga hari, jemaah haji masih akan melontar batu di tiga titik jumrah.

Tiga jumrah tersebut secara berurutan yang dimulai dari Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah. Masing-masing Jumrah dilempari kerikil sebanyak 7 kali dan dilontarkan satu persatu. Waktu melempar jumrah pada hari Tasyrik dimulai dari setelah tergelincirnya matahari hingga terbit fajar.

Kegiatan melempar Jumrah dilakukan dengan melemparkan batu-batu kecil pada sebuah tiang yang dianggap sebagai perumpamaan setan (iblis) dan hawa nafsu.

Prosesi ini memperingati peristiwa pelemparan batu oleh Nabi Ibrahim terhadap godaan setan di tiga titik tempat. Diriwayatkan bahwa setan mencoba menghalangi Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Tuhan untuk mengorbankan atau menyembelih putranya Nabi Ismail.

Melempar jumrah hukumnya wajib sehingga bagi jemaah haji yang tidak melaksanakannya akan dikenakan denda atau dam berupa seekor kambing. Saat melempar jumrah juga harus dilakukan secara berurutan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Melempar jumrah menggunakan kerikil yang bisa diambil jemaah dari wilayah Muzdalifah. Satu kerikil digunakan untuk satu lemparan. Melempar jumrah dilakukan dengan tangan dan tidak boleh menggunakan alat pelontar. Jemaah juga diwajibkan membaca takbir setiap kali melempar jumrah.

(moh/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |