Fakta-fakta Baru Temuan Polisi di Balik Kematian Arya Daru

19 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Polda Metro Jaya telah mengumumkan hasil autopsi dan penyelidikan kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (ADP) pada Selasa (29/7).

Sejumlah fakta baru terungkap berdasarkan hasil pemeriksaan scientific crime investigation (SCI). Polisi membutuhkan 21 hari sejak penemuan jasad Arya Daru.

ADP tewas di dalam kosannya dengan keadaan janggal. Wajahnya terlilit isolasi atau lakban warna kuning di sebuah kos di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7).

Dalam jumpa pers hasil autopsi, polisi turut menampilkan sejumlah barang bukti. Beberapa di antaranya mulai dari lakban kuning, pelumas, hingga ponsel milik korban.

Berikut beberapa fakta terbaru hasil autopsi polisi:

Arya Daru mati lemas, tak ada unsur pidana

Berdasarkan hasil autopsi, polisi menyimpulkan Arya Daru mati lemas. Polisi memastikan Arya Daru meninggal dunia bukan karena aksi pembunuhan atau tindak pidana. Namun karena mati lemas diduga akibat lakban yang melilit wajahnya.

Selain itu polisi menyatakan tidak ditemukan peristiwa pidana di kematian almarhum.

Hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan indikator kematian dari ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra dalam konferensi pers, Selasa (29/7).

"Bahwa penyelidikan yang kami lakukan kami simpulkan belum menemukan adanya peristiwa pidana," imbuhnya.

Tak ada jejak pihak lain

Polisi mengumumkan hasil olah TKP dan hanya menemukan unsur darah, sperma, hingga biologi dari ADP. Puslabfor Bareskrim Polri, Kompol Irfan Rofik, memastikan tidak ditemukan darah hingga unsur biologi pihak lain di lokasi kejadian.

Puslabrof Bareskrim Polri melakukan pemeriksaan sejumlah barang bukti dari lokasi kejadian. Ada 13 item barang bukti yang diuji di laboratorium, hasilnya hanya DNA ADP yang ditemukan di lokasi kejadian.

"Kami tidak menemukan di TKP adanya bercak darah, sperma, atau material biologi yang ada di TKP, di kamar korban, maupun di luar kamar korban, seperti di kamar mandi, mau pun di ruang tidur," kata Irfan di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7).

"Kami tidak menemukan adanya materi biologi dari orang lain," imbuhnya.

Tak ada racun

Selain tak ada unsur keterlibatan pihak lain, polisi juga memastikan tak ada senyawa atau zat racun di tubuh Arya Daru. Polisi semula menerima sampel biologis berisi organ dan cairan tubuh ADP pada 10 Juli.

Setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan sampel didapat hasil di seluruh organ dan cairan tubuh ADP tidak terdeteksi senyawa toksin seperti pestisida, sianida, arsenik alkohol, maupun narkoba.

"Kesimpulan pemeriksaan menunjukkan seluruh sampel organ dan cairan tubuh tidak terdeteksi senyawa toksin umum seerti pestisida, sianida, arsenik, alkohol maupun narkoba, namun ditemukan paracetamol dan klorfenamin di berbagai jaringan dan cairan tubuh," kata penyidik dari Puslabfor Polri, AKP Ade Laksono.

Ingin bunuh diri sejak 2013

Di sisi lain, Arya Daru bahkan disebut sempat memiliki keinginan untuk bunuh diri sejak 2013. Fakta itu ditemukan tim digital forensik dari alat komunikasi atau handphone yang dikuasai atau digunakan Arya Daru.

Menurut polisi, perangkat komunikasi tersebut aktif pertama kali pada 29 Juni 2019, dan terakhir digunakan pada 27 September 2022.

"Dari handphone tersebut, kami menemukan adanya pengiriman e-mail yang dimiliki atau digunakan oleh pengguna digital evident (bukti digital), alamatnya adalah [email protected] dikirim ke salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional yang mengalami perasaan tertekan dan putus asa termasuk yang dapat menyebabkan bunuh diri," ujar Ahli Digital Forensik Polri Ipda Saji Purwanto dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7).

Alami burn out

Sementara, Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) menyatakan Arya Daru sempat mengalami burn out di masa akhir kehidupannya. Burn out merujuk pada kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan stres berkepanjangan.

Ketua Umum Apsifor Nathanael E. J. Sumampouw menyatakan Arya dikenal sebagai pribadi yang memiliki karakter positif, bertanggung jawab, sangat diandalkan, dan peduli terhadap lingkungan.

Menurut Nathanael, sebagai sosok yang selalu berusaha positif di lingkungan, Arya mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif yang kuat, terutama dalam situasi tekanan tinggi. Dia menyebut Arya berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara daring pada 2021.

"Tekanan dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, bagaimana almarhum memandang lingkungan, memandang masa depan," kata Nathanael dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7).

Keluarga yakin tak bunuh diri

Meski begitu, kesimpulan polisi ditolak keluarga. Mereka meyakini Arya Daru bukan mati karena bunuh diri. Pihak keluarga enggan berkomentar soal hasil temuan kepolisian.

"Kami meyakini bahwa almarhum tidak seperti itu," kata kakak ipar Arya Daru, Meta Bagus saat ditemui di kediamannya, Banguntapan, Bantul, DIY, Selasa (29/7) petang.

Menurut Bagus, Daru semasa hidupnya tak pernah bercerita mengenai beban kerja yang mengarah atau memicu depresi.

Secara garis besar, kata Bagus, pihak keluarga belum bisa bicara banyak mengenai ungkap lidik oleh kepolisian karena proses itu sampai kini juga masih bergulir.

(thr/dis/wis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |