Fenomena Bediding di Jawa Timur Bikin Menggigil, Cek Sampai Kapan

11 hours ago 2

CNN Indonesia

Rabu, 16 Jul 2025 08:05 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --

Fenomena bediding atau cuaca dingin saat musim kemarau melanda sejumlah wilayah di selatan khatulistiwa, termasuk Jawa Timur. Sampai kapan fenomena ini terjadi?

Kepala Stasiun Klimatologi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur Anung Suprayitno mengatakan puncak musim kemarau 2025 di Jatim diperkirakan terjadi pada Agustus mendatang, dengan sifat hujan sebagian besar diprediksi di atas normal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun, beberapa wilayah yang diperkirakan tidak ada tutupan awan/tidak ada hujan berdampak potensi suhu ekstrem seperti bediding juga meningkat," kata Anung, Senin (14/7), melansir laman resmi Diskominfo Jatim.

Bediding merupakan siklus musiman, yang ditandai dengan aktifnya angin monsun timuran yang bersifat kering-dingin karena tidak ada tutupan awan serta rendahnya intensitas hujan. Fenomena bediding dalam konteks klimatologi merupakan hal normal karena memang proses fisisnya berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau.

Dengan langit yang bersih dari awan, panas bumi langsung dilepaskan ke atmosfer luar, membuat udara di permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

"Jadi bediding adalah siklus yang tiap tahun terjadi. Untuk bulan Juli 2025, terpantau di data pengamatan otomatis pos Bromo tercatat 5,3 derajat Celsius," ujar Anung.

Menurut data yang tercatat, Anung memprediksi fenomena bediding di Jawa Timur ini berlangsung pada Juni hingga September atau selama periode musim kemarau. Hal tersebut tergantung perubahan suhu setiap harinya.

"Suhu terdingin umumnya terjadi pada bulan Agustus seiring memasuki puncak musim kemarau," jelas dia.

Dampak fenomena bediding ini terasa luas, mulai dari gangguan kesehatan, kerusakan komoditas pertanian akibat frost, hingga potensi meningkatnya kematian unggas. Ia mengimbau agar masyarakat yang berada di dataran tinggi memitigasi perubahan suhu ekstrem di tengah fenomena bediding.

"Saya mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di dataran tinggi atau rentan terdampak suhu ekstrem, untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah mitigasi," jelasnya.

(dmi/dmi)

Read Entire Article
Entertainment |