Jakarta, CNN Indonesia --
Guillame Pousaz adalah salah satu orang terkaya di dunia. Kekayaannya berasal dari perusahaan fintech layanan pembayaran digital, Checkout.com.
Berdasarkan catatan Forbes, Minggu (27/4), Pousaz memiliki kekayaan mencapai US$7,8 miliar atau sekitar Rp131,26 triliun.
Pundi-pundi hartanya itu membuatnya menempati posisi sebagai orang terkaya ke-397 dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana perjalanan kisah hidupnya?
Dilansir dari berbagai sumber, Pousaz lahir di Jenewa, Swiss pada 1 Agustus 1981. Sedari kecil, Pousaz telah memiliki ketertarikan yang besar pada seni dan matematika. Pada usia tahun, Pousaz mulai belajar coding.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Pousaz belajar teknik matematika di École Polytechnique Fédérale de Lausanne, sebelum menempuh studi ekonomi di HEC Lausanne di Swedia.
Namun, Pousaz tak menyelesaikan studi ekonominya itu lantaran drop out. Saat berusia 19 tahun, Pousaz memilih untuk fokus berselancar di California, AS meski tabungannya tipis.
Karena tak punya uang, Pousaz memutuskan untuk bekerja di International Payment Consultants (IPC). Di sana, Pousaz semakin tertarik dengan dunia sistem pembayaran.
Ia lalu mendirikan NetMerchant, sebuah layanan transfer uang dari AS ke Eropa, bersama salah satu kepala penjualan IPC. NetMerchant beroperasi hingga 2009.
Setelah NetMerchant tutup, Pousaz membeli SMS Pay sebagai pondasi untuk menciptakan gerbang pembayaran generasi terbaru. Kala itu, harga disepakati US$300 ribu yang dibayarkan dalam tiga tahun.
Pada tahun yang sama, Pousaz juga mendirikan perusahaan pembayaran yang berbasis di Singapura, Opus Payment. Perusahaan in memungkinkan pemilik bisnis di Hong Kong memproses pembayaran dari pembeli di seluruh dunia.
Opus Payment berganti nama menjadi Checkout.com pada 2012. Melalui layanan tersebut, Pousaz ingin menyederhanakan proses pembayaran daring bagi pedagang dan pelanggan mereka.
Dengan Checkout.com, pedagang bisa memproses transaksi pembayaran digital pelanggan secara online. Beberapa pengguna awal layanan perusahaan adalah website judi hingga situs porno.
Kepercayaan terhadap perusahaan pun kian meningkat setelah semakin banyak klien raksasa perusahaan seperti Netflix hingga Grab.
Perusahaan kemudian melarang klien mereka menggunakan platform untuk konten dewasa.
Pada 2022, valuasi perusahaan yang berbasis di London ini mencapai US$40 miliar atau melampaui raksasa telekomunikasi asal Inggris, Vodafone. Kekayaan Pousaz, yang memiliki sekitar 60 persen saham perusahaan, pun melesat.
Saat ini, Pousaz tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya di London, Inggris. Pousaz aktif di sejumlah kegiatan filantropi terutama yang berfokus pada upaya memperluas akses pendidikan dan mendukung pengembangan wirausahawan masa depan.
(sfr)