Inalum Pepet Danantara Danai Rp71 T Ekspansi Proyek Hilirisasi Bauksit

5 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tengah memepet Danantara untuk mendanai ekspansi proyek hilirisasi bauksit senilai US$4,4 miliar atau Rp71,8 triliun (asumsi kurs Rp16.338 per dolar AS).

Direktur Utama Inalum Melati Sarnita membeberkan uang sebanyak itu diperlukan untuk ekspansi Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Inalum berniat menambah kapasitas produksi alumina serta aluminium dalam 5 tahun ke depan.

"Jadi, kita memang berdiskusi aktif dengan Danantara, apakah pendanaan itu akan seperti apa," kata Melati dalam CNBC Economic Update 2025 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (18/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inalum kebetulan punya credit rating yang cukup baik, kita di Pefindo itu AA-. Jadi, pastinya secara korporat kita menginginkan pendanaan yang prudent dan efektif secara project. Pendanaannya itu nanti diharapkan ada portion dari equity, project funding, dan juga pastinya dari Danantara," tambahnya.

Melati mengklaim Danantara sudah memasukkan proyek-proyek prioritas Presiden Prabowo Subianto ke dalam daftar rencana pendanaan. Ia menyebut 2 proyek yang dilirik dari PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID selaku holding BUMN tambang adalah milik Inalum.

Ia menjelaskan kapasitas produksi alumina di SGAR Fase I mencapai 1 juta ton per tahun. Inalum juga sudah memulai commissioning pada tahun ini, bahkan berhasil mengirimkan alumina ke smelter di Kuala Tanjung, Sumatra Utara untuk diproses menjadi aluminium.

"Target dari MIND ID, kita harus final investment decision (FID) tahun ini untuk fase kedua dari alumina (SGAR Fase II). Jadi, insyaallah di 2028 itu kita sudah bisa memproduksi alumina 2 juta ton (per tahun)," tuturnya.

Proyek SGAR adalah joint venture antara Inalum dengan PT Aneka Tambang Tbk alias Antam. Inalum mengamankan 60 persen kepemilikannya. Ekspansi di Mempawah nantinya bukan cuma untuk alumina, melainkan menambah fasilitas pengolahan untuk aluminium.

Produksi aluminium terakhir adalah 274 ribu ton sepanjang 2024. Melati menyebut Inalum berupaya menambah kapasitas produksinya menjadi 900 ribu ton, sejalan dengan arahan pemerintah untuk mencapai swasembada aluminium. Caranya adalah memproduksi aluminium di Mempawah dengan target 600 ribu ton setiap tahunnya.

"Alhamdulillah dengan delivery itu (dari Mempawah ke Kuala Tanjung) membuktikan kita sudah memiliki end-to-end hilirisasi aluminium di Indonesia. Jadi, kita sudah punya bauksit, punya alumina, kemudian kita punya aluminium smelternya. Pastinya dengan didukung oleh industri hilir dari para pembeli-pembeli kita," tegas Melati.

Melati mengatakan saat ini rencana ekspansi SGAR Fase II memasuki studi kelayakan perbankan. Selain itu, Inalum juga tengah melakukan proses seleksi teknologi untuk smelter tersebut.

Di lain sisi, ia merespons penerapan tarif 50 persen untuk produk aluminium dan baja yang diputuskan Presiden AS Donald Trump. Melati mengatakan belum ada dampak yang dirasakan langsung. Terlebih, Negeri Paman Sam bukan tujuan utama ekspor aluminium.

"Sampai saat ini kalau secara direct impact ya, kita belum ter-impact (tarif Trump). Karena memang di tahun sebelumnya (2024) itu kecil sekali ekspor kita ke Amerika untuk primary aluminium," ungkapnya.

"Yang kita worry itu sebenarnya adalah di sektor paling hilir, terutama customer-customer kita yang membuat produk-produk yang dipakai di Amerika. Itu besarannya lumayan tinggi ya, sekitar 30 ribu ton per tahun. Memang harapan kita mungkin pemerintah bisa bantu," sambung Melati.

Ia berharap pemerintah membantu pelaku usaha di industri aluminium untuk mencari pasar pengganti. Langkah tersebut diharapkan bisa memastikan industri ini tetap tumbuh di tengah gejolak global.

[Gambas:Video CNN]

(skt/pta)

Read Entire Article
Entertainment |