Infrastruktur JIAT KemenPU Dongkrak Produktivitas Petani Gunungkidul

2 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Kehadiran Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Dukuh Bulak Blimbing, Kelurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, terbukti membawa perubahan besar bagi petani setempat. Sistem irigasi yang bersumber dari air tanah ini menjadi tumpuan baru dalam menjaga produktivitas lahan pertanian di wilayah karst Gunungkidul yang selama ini bergantung pada air hujan.

JIAT Blimbing ini memberikan manfaat untuk meningkatkan luas tambah tanam (LTT) hingga 32 hektare, berkat ketersediaan sistem pompa air tanah dengan sumur dalam sedalam 100 meter, jaringan distribusi sepanjang 4,67 kilometer, serta rumah genset dan panel pompa yang berfungsi menjaga suplai air stabil sepanjang tahun dengan debit produksi mencapai 30 liter per detik.

Menteri PU, Dody Hanggodo menyampaikan bahwa pembangunan JIAT merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pemanfaatan sumber daya air tanah yang berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harapannya program ini bukan hanya meningkatkan hasil panen, tapi juga menumbuhkan ekonomi pedesaan dan memperkuat ketahanan pangan bangsa," ujar Dody.

JIAT Blimbing tak hanya meningkatkan kepastian panen, tetapi juga menekan biaya irigasi pribadi dan memperluas peluang tanam bagi petani. Hal itu terungkap dalam audiensi Menteri Dody dengan para petani pada Minggu (5/10), yang menyampaikan bahwa produktivitas gabah meningkat hingga 20-30 persen per musim tanam, sementara lahan yang dulu tergolong kering kini mulai diolah menjadi lahan hortikultura bernilai ekonomi tinggi.

Seorang petani asal Dukuh Bulak Blimbing RT 13, Siswo Mulyono, menuturkan bahwa sejak pompa air tanah mulai beroperasi, lahan sawah di desanya menjadi lebih produktif.

"Airnya lancar, cukup untuk empat hektare sawah di blok kami. Sekarang kami bisa tanam tiga kali setahun-padi dan palawija seperti jagung atau kacang setelah panen padi. Kadang kalau masih sempat, lanjut lagi dengan sayuran," ujar Siswo.

Menurutnya, sistem irigasi berbasis pompa ini jauh lebih efektif dibanding sebelumnya menunggu musim hujan. Dengan biaya operasional sekitar Rp80 ribu per jam, air dapat disalurkan merata ke seluruh lahan tanpa harus menunggu musim hujan.

"Kalau dulu kami sebut 'pupuk Jawa', artinya andalan kami cuma hujan. Sekarang tidak lagi. Panen jadi pasti," kata Siswo.

Senada, petani anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air Tanah (P3AT) Desa Blimbing, Atmo Wijoyo mengakui bahwa pompa air tanah menjadi penyelamat bagi para petani di wilayahnya.

"Kalau gak ada sumur bor, bisa gagal panen," tuturnya.

Ia menambahkan, berkat JIAT, petani kini bisa menanam padi, bawang, dan cabai secara bergantian sepanjang tahun.

"Bawang itu 60 hari sudah bisa panen. Masih ada untung, bisa buat sekolahkan anak," ujar Atmo.

Kementerian PU melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air akan melanjutkan upaya memperluas pembangunan JIAT di berbagai daerah potensial di Indonesia, khususnya di wilayah dengan keterbatasan sumber air permukaan.

JIAT pun menjadi instrumen untuk membuka peluang tanam pada sektor pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memperkuat ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.

(rea/rir)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |