Kepala Dapur MBG Ungkap Penyebab Kasus Keracunan Siswa-Guru di Bima

3 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Bima Mpunda Sadia 2, Yusuf, membeberkan hasil penelusuran terkait dugaan keracunan yang dialami sejumlah siswa dan guru SDN 11 Manggemaci Kota Bima.

Ia menjelaskan kejadian itu diduga terjadi akibat keterlambatan konsumsi hidangan program Menu Bergizi Gratis (MBG) yang telah melewati batas waktu aman.

"Hasil penelusuran menunjukkan bahwa makanan disimpan dan kemudian dikonsumsi lebih dari batas waktu aman konsumsi, bahkan sampai keesokan harinya sebelum dimakan," jelas Yusuf dalam keterangan resmi, Selasa (13/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yusuf mengatakan berdasarkan koordinasi dengan Puskesmas Mpunda, Dinas Kesehatan, dan Intelkam Polres, gangguan kesehatan tersebut tidak disebabkan oleh proses pengolahan di dapur SPPG.

Analisis sementara menyebutkan keterlambatan konsumsi MBG yang melebihi waktu aman empat hingga enam jam sejak makanan disiapkan menjadi faktor utama penyebab gangguan kesehatan itu.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Yusuf mengimbau agar seluruh sekolah penerima manfaat MBG mengonsumsi hidangan di sekolah dan tidak membawanya pulang.

"Kami berusaha memperkuat pengawasan dan komitmen terhadap keamanan pangan MBG. Kesehatan penerima manfaat tetap menjadi prioritas utama," ujarnya.

Sebelumnya, sejumlah media melaporkan dugaan keracunan massal di SDN 11 Manggemaci setelah belasan orang, termasuk siswa dan guru, mengalami mual dan diare usai mengonsumsi MBG. Namun, Kepala Sekolah SDN 11 Manggemaci Hartuti menjelaskan kasus tersebut tidak terjadi di lingkungan sekolah.

Menurut Hartuti, tidak ada siswa maupun guru yang keracunan setelah mengonsumsi MBG di sekolah pada Rabu (8/10). Pasien yang dirawat di RSUD Kota Bima merupakan keluarga penjaga sekolah dan keluarga guru.

"Pasien yang dirawat merupakan keluarga security dan guru, bukan siswa aktif, dan hingga saat itu belum ada laporan tambahan dari orang tua siswa lainnya," ujar Hartuti.

Kasus itu bermula saat penjaga sekolah SDN 11 Yunus bersama empat anggota keluarganya mengonsumsi hidangan MBG yang dibawa pulang pada sore dan malam hari. Akibatnya, mereka mengalami gangguan kesehatan dan dirawat di RSUD Kota Bima pada malam yang sama.

Seorang guru juga membawa pulang MBG, yang kemudian dikonsumsi suaminya pada keesokan harinya hingga menyebabkan dua anggota keluarga mengalami mual dan diare.

Sebanyak 12 orang yang terdiri atas keluarga penjaga sekolah, keluarga guru, dan siswa sempat dirawat di RSUD Kota Bima.

"Setelah dirawat, kedua belas orang itu telah dinyatakan pulih, lalu dipulangkan ke rumah masing-masing pada Senin (13/10)," kata Hartuti.

Sementara itu, Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati mengingatkan seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program MBG agar selalu menerapkan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku.

"BGN berusaha agar Program MBG di seluruh lokasi berjalan dengan baik dan zero accident. Maka dari itu, kami berharap agar seluruh pihak bisa menerapkan SOP yang sudah ditetapkan," ujarnya.

Khairul juga meminta media menyajikan informasi berdasarkan fakta di lapangan.

"Kami juga menghimbau agar media bisa menyajikan berita sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga masyarakat tidak terpengaruh informasi yang keliru," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(del/pta)

Read Entire Article
Entertainment |