CNN Indonesia
Selasa, 30 Sep 2025 15:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Konvoi mobil Presiden Ekuador Daniel Noboa diserang massa saat demo besar-besaran meletus di negara itu.
CNN melaporkan mobil pembawa bantuan kemanusiaan yang juga membawa Noboa diserang ketika memasuki Provinsi Imbabura, Minggu (28/9) malam waktu setempat.
Sejumlah orang saat itu sedang menggelar demo memprotes harga bahan bakar minyak (BBM). Demo pada Minggu itu merupakan hari kedelapan dan berujung ricuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin (29/9), pemerintah Ekuador mengatakan sekitar 350 orang terlibat dalam penyerangan konvoi presiden. Serangan itu dilancarkan menggunakan kembang api, bom molotov, dan bebatuan.
Menurut juru bicara kepresidenan, Carolina Jaramillo, sekitar 50 tentara yang mengawal kendaraan berusaha mengusir massa saat penyerangan terjadi. Jaramillo tak merinci apakah ada yang terluka dalam peristiwa tersebut.
Mobil konvoi bantuan ini sendiri tak cuma membawa Noboa, tetapi juga sejumlah diplomat asing, di antaranya diplomat Vatikan Andrés Carrascosa, Duta Besar Uni Eropa Jekaterina Dorodnova, dan Duta Besar Italia Giovanni Davoli.
Kedutaan Besar (Kedubes) Italia di Ekuador menyatakan diplomatnya tidak terluka dalam serangan tersebut. Kendati begitu, mereka menyesalkan "tindakan teroris" yang ditujukan terhadap pemimpin Ekuador.
Kedubes Vatikan dan Uni Eropa sementara itu belum menanggapi pertanyaan CNN.
Dalam foto-foto yang diunggah di X, terlihat beberapa jendela mobil pecah dan retak dalam serangan tersebut. Pihak kepresidenan menuding bahwa serangan ini dilancarkan "kelompok teroris" yang menyusup di antara para pedemo.
Sejumlah pejabat secara terpisah mengatakan demo di akhir pekan ini telah berujung kekerasan hingga satu orang meninggal dunia. Sebanyak sembilan tentara dikabarkan terluka dan 17 personel diculik dalam peristiwa tersebut.
Menurut Konfederasi Masyarakat Adat (CONAIE) selaku pihak penggagas demo, korban tewas pada Minggu merupakan masyarakat sipil yang ditembak oleh angkatan bersenjata. Mereka pun mendesak pemerintah untuk berhenti menyalahkan dan menindas komunitas masyarakat adat.
Kantor Kejaksaan Ekuador telah menyatakan akan menyelidiki kasus ini.
Demonstrasi di Ekuador pecah setelah pemerintah mengumumkan akan mengakhiri subsidi diesel guna mengurangi belanja publik. Pemerintah mengeklaim subsidi tersebut telah membebani keuangan negara dan penghapusan subsidi diperlukan guna memperbaiki defisit.
Masyarakat Ekuador pun protes karena penghapusan subsidi menyebabkan semua harga naik, terutama di sektor transportasi dan pertanian.
Demo ini meluas dengan pemblokiran jalan terjadi di mana-mana dan para buruh mogok kerja.
Pemerintah akhirnya menetapkan status darurat di sejumlah provinsi dengan mayoritas masyarakat adat untuk merespons demonstrasi.
(blq/dna)