Muncul Musim Baru di Indonesia dan Negara Lain, Pertanda Apa?

5 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah studi menemukan 'musim' baru di sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang muncul akibat ulah manusia. Simak dampaknya berikut ini.

Selama ini musim secara stabil berganti di berbagai belahan dunia, mulai dari negara 4 musim dengan musim gugur, musim semi, musim dingin, dan musim panas hingga negara seperti Indonesia yang memiliki 2 musim, yakni musim hujan dan musim kemarau.

Felicia Liu, peneliti dari Universitas York, dalam studi barunya mengungkap musim baru kini muncul secara antropogenik, atau akibat aktivitas manusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu contohnya adalah "musim kabut asap" di negara-negara utara dan khatulistiwa di Asia Tenggara, ketika langit dipenuhi asap selama beberapa minggu. Musim ini disebabkan oleh pembakaran vegetasi yang meluas untuk membersihkan hutan dan membuka lahan pertanian selama musim kemarau.

Ada juga "musim sampah" tahunan, ketika pola pasang surut air laut membawa plastik ke pantai Bali, Indonesia, antara bulan November dan Maret.

Pada saat yang sama, beberapa "musim" menghilang sama sekali, dengan konsekuensi besar bagi ekosistem dan budaya. Musim-musim yang punah ini dapat mencakup perubahan drastis atau penghentian perilaku hewan yang bermigrasi, seperti menurunnya musim kawin burung laut di Inggris bagian utara.

Salah satu yang hilang adalah musim olahraga musim dingin tradisional yang menjadi semakin langka di daerah pegunungan. Hal ini terjadi sebagai dampak dari perubahan iklim.

"Bumi dan musim-musimnya kini seakan memiliki ritme baru. Musim panas kini lebih panas dan musim dingin jadi lebih sejuk di daerah beriklim sedang, dengan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi dan parah yang membuat lebih banyak orang dan ekosistem mengalami stres," kata Felicia, mengutip Live Science, Minggu (27/7).

Waktu terjadinya peristiwa musiman utama, seperti saat daun-daun berguguran atau kedatangan spesies migrasi tertentu, menjadi lebih sulit diprediksi.

Felicia, dalam studinya bersama Thomas Smith, memunculkan istilah "musim aritmia", sebuah konsep yang dipinjam dari kardiologi, untuk merujuk pada ritme abnormal yang mencakup musim semi yang lebih awal atau musim kawin; musim panas yang lebih panjang atau musim tanam; dan musim dingin yang lebih pendek atau musim hibernasi.

Perubahan pola musim membuat siklus hidup tanaman dan hewan yang saling bergantung menjadi tidak sinkron satu sama lain, dan mengganggu masyarakat yang secara ekonomi, sosial, dan budaya bergantung pada mereka.

Di Thailand utara, aktivitas manusia telah mengubah ritme alam yang kemudian mempengaruhi pasokan air dan makanan. Padahal, masyarakat di sepanjang anak sungai Mekong selama ini mengandalkan aliran musiman sungai untuk menangkap ikan dan bertani selama beberapa generasi.

Pada awalnya, bendungan di hulu sungai mengganggu siklus ini dengan menghalangi migrasi ikan dan mencegah penumpukan sedimen yang dibutuhkan oleh lahan pertanian.

Baru-baru ini, perubahan iklim telah mengubah pola curah hujan dan membuat musim kemarau menjadi lebih panjang dan musim hujan menjadi lebih pendek namun lebih intens, sehingga menimbulkan kebakaran dan ketidakpastian bagi para petani.

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |