Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$4,33 miliar pada Maret 2025.
Realisasi ini naik US$1,23 miliar dibandingkan Februari 2025.
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (21/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, surplus neraca dagang lebih ditopang oleh nonmigas sebesar US$6 miliar, dengan komoditas yang menyumbang utama adalah bahan lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Berikut perkembangan ekspor dan impor Indonesia sepanjang September 2024:
Ekspor
Ekspor Indonesia sepanjang Maret 2025 tercatat US$23,25 miliar atau naik 5,5 persen dibandingkan Februari 2025.
Ekspor migas tercatat senilai US$1,45 miliar pada bulan lalu atau naik 28, 81 persen dari Februari 2025. Ekspor nonmigas juga naik 471 persen menjadi US$21,8 miliar.
"Peningkatan nilai ekspor Maret 2025 secara bulanan terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor nonmigas terutama pasa komoditas bijih logam, terak dan abu, besi dan baja, dan mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya," kata Widya.
Sementara secara tahunan, ekspor Maret 2025 naik 3,16 persen. Kenaikan didorong oleh peningkatan ekspor non migas terutama pada lemak dan minyak hewan nabati, nikel dan barang daripadanya, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.
Impor
Nilai impor Indonesia pada Maret 2025 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,3 persen dari Februari 2025 menjadi US$18,92 miliar. Kenaikan kinerja impor ini terjadi pada kelompok migas yang naik 9,07 persen (mtm) menjadi US$3,13 miliar.
Sedangkan impor non migas turun 1,18 persen (mtm) menjadi US$15,79 miliar.
Menurut penggunaannya, impor barang konsumsi naik 18,73 persen (mtm) dan barang modal 7,28 persen. Sedangkan bahan baku penolong turun 3,26 persen.
Secara tahunan, nilai impor menurut jenis penggunaannya meningkat. Barang konsumsi turun 5,8 persen, bahan baku penolong naik 2,805persen, serta barang modal naik 27,3 persen.
(fby/pta)