CNN Indonesia
Minggu, 03 Agu 2025 16:38 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah di Jalur Gaza menyatakan hanya 36 truk bantuan yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut pada Sabtu (2/8).
Jumlah truk bantuan ini dinilai sangat jauh dari kebutuhan harian penduduk.
Menurut kantor media pemerintah Gaza, sebagian besar truk tersebut mengalami gangguan distribusi akibat situasi keamanan yang tidak kondusif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas setempat menyebut kondisi ini sebagai bagian dari kekacauan yang menurut mereka dipicu secara sengaja oleh Israel.
Dalam pernyataannya, kantor media Gaza menilai Israel sengaja menciptakan kondisi yang memicu kekacauan dan memperparah krisis kelaparan di wilayah tersebut.
Gangguan dalam pendistribusian bantuan disebut sebagai bagian dari apa yang mereka anggap sebagai "rencana penghancuran sistematis".
Sebelumnya, Program Pangan Dunia (WFP) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan sepertiga penduduk Gaza telah mengalami kekurangan makanan selama beberapa hari berturut-turut akibat blokade.
WFP memperkirakan satu dari empat warga Palestina di Gaza kini berada dalam kondisi rawan kelaparan dan sekitar 100 ribu perempuan serta anak-anak menderita kekurangan gizi akut.
Blokade terhadap Gaza telah berlangsung selama 18 tahun. Sejak 2 Maret silam, seluruh perlintasan perbatasan ditutup. Hal ini berdampak pada terhentinya distribusi bantuan kemanusiaan dan memperburuk krisis yang sudah parah di wilayah tersebut.
Para pejabat Palestina menyebutkan setidaknya 600 truk bantuan diperlukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan 2,4 juta warga Gaza. Namun, angka aktual pengiriman jauh dari jumlah itu.
Konflik di Gaza juga terus berlangsung. Sejak 7 Oktober 2023, militer Israel melancarkan serangan besar-besaran yang telah menewaskan lebih dari 60.300 warga Palestina dan menyebabkan kehancuran luas serta kelangkaan bahan makanan di wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya, pemerintah Gaza menyerukan pembukaan segera jalur perbatasan dan pengiriman bantuan dalam jumlah yang memadai, termasuk susu formula bayi.
Mereka juga menyoroti minimnya respons dari komunitas internasional terhadap kondisi kelaparan yang semakin memburuk, terutama di kalangan anak-anak.
(del/sfr)