Puluhan Warga Adat Terluka Usai Bentrokan PT TPL, Polisi Buka Suara

2 hours ago 6

Medan, CNN Indonesia --

Puluhan masyarakat adat mengalami luka luka setelah terlibat bentrok dengan ratusan pekerja PT Toba Pulp Lestari (TPL) di lahan pertanian masyarakat adat Buntu Panaturan, Desa Nagori Sihaporas, Pematang Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara (Sumut).

Kapolres Simalungun, AKBP Marganda Aritonang, meminta kedua belah pihak agar menahan diri.

"Saya berharap agar masing-masing pihak, baik dari masyarakat Sihaporas maupun dari PT TPL, untuk dapat saling menahan diri dan tidak melakukan kegiatan di lokasi yang dapat menjadi konflik sehingga kejadian yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari," kata AKBP Marganda Aritonang, Selasa (23/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Marganda mengungkapkan bahwa permasalahan yang terjadi antara PT TPL dengan masyarakat adat telah berlangsung lama. Sebab masing-masing pihak mengklaim paling berhak mengelola lahan itu.

"Latar belakang permasalahan sudah lama, sejak tahun 2015 sampai saat ini belum selesai. Permasalahan dimulai dari masing-masing pihak saling mengklaim lahan yang berada di desa Sihaporas tersebut," ungkapnya.

Marganda menyebutkan Polres Simalungun telah melakukan langkah-langkah strategis untuk meredam konflik. Personel kepolisian diturunkan ke lokasi untuk melakukan pengamanan.

"Kami sudah melakukan upaya pengamanan untuk menarik kedua belah pihak dari lokasi konflik guna meminimalisir korban. Kita juga sudah berhasil mengosongkan lokasi. Saya juga melakukan wawancara dengan para korban guna memberikan gambaran kepada petugas terkait tindak lanjut ke depan dan bagaimana keadaan situasi di TKP pada saat terjadi keributan," ujarnya.

Dia menjelaskan saat kejadian evakuasi dilakukan secara bertahap. Masyarakat adat juga terlebih dahulu kembali ke kampungnya, kemudian polisi juga mengosongkan area dari karyawan atau petugas PT TPL.

Menurutnya upaya mediasi juga telah dilakukan melalui pertemuan dengan pihak-pihak terkait. Bahkan kedua belah pihak juga telah diimbau agar tidak melakukan kegiatan di area konflik.

"Kami sudah melaksanakan kegiatan pertemuan dengan pihak TPL dan pangulu dari Desa Sihaporas untuk menyampaikan bahwa lokasi kejadian dianggap menjadi status quo. Kami meminta agar seluruh pihak untuk sabar dan menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan apa pun sementara di daerah konflik," tegasnya.

Namun begitu, Marganda memastikan situasi sudah aman. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk beraktivitas kembali. Sebab personel kepolisian yakni Brimob satu kompi telah diturunkan untuk melakukan pengamanan di sekitar lokasi kejadian.

Sebelumnya, bentrokan antara ratusan pekerja PT Toba Pulp Lestari (TPL) dengan petani adat kembali pecah pada Senin 22 September 2025 pagi di lahan pertanian masyarakat adat Buntu Panaturan, Desa/Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, yang hanya berjarak sekitar 2-3 kilometer dari bibir Danau Toba, kawasan Dolok Mauli-Sipolha.

Dalam insiden itu, sedikitnya 34 petani yang tergabung dalam Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita (Lamtoras) mengalami luka-luka akibat bentrokan.

Dari jumlah itu, 10 orang harus menjalani perawatan intensif. Tak hanya itu sepeda motor milik petani dirusak, 10 unit di antaranya dibakar, 4 unit rumah warga dibakar, hasil panen hancur. Tak hanya itu, mahasiswi IPB dan juga anak disabilitas disebut diduga jadi korban kekerasan oleh security PT TPL.

(fnr/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |