Jakarta, CNN Indonesia --
Iran dan Israel pernah menjadi sekutu dan saling mendukung sebelum revolusi pecah pada 1979.
Di masa sebelum revolusi itu, Iran berada di bawah pemerintahan Reza Pahlavi, yang naik ke tampuk kekuasaan sejak 1941 menggantikan ayahnya, Shah Pahlavi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah Reza Pahlavi, Iran menjalankan berbagai reformasi sejalan dengan peningkatan pendapatan dari minyak.
Sebagai negara penghasil minyak dan membuka hubungan dengan berbagai nagara, termasuk Israel. Pada 1950 atau dua tahun setelah Israel berdiri sebagai negara, Iran mengakui kedaulatan Israel setelah Turki.
Profesor PR Kumaraswamy dalam bukunya yang terbit pada 2009 "The A to Z of the Arab-Israeli Conflict" menuliskan, "Pada 6 Maret 1950 Iran mengakui negara Yahudi dan sebagai bagian dari kebijakannya dalam mendukung Amerika Serikat, Reza Pahlavi membangun hubungan dekat dengan Israel dan bahkan ikut menyuplai minyak ke negara Yahudi," ungkap sejarawan studi internasional Jawaharlal Nehru University ini.
Membina hubungan dengan negara-negara Barat dan Israel, bagi Pahlavi saat itu penting untuk mewujudkan ambisi dan kemajuan negaranya.
Seperti dikutip dari situs Iraniantours, Reza memulai serangkaian rencana yang lebih ambisius dan lebih berani untuk kemajuan negaranya dan langkah menuju "Revolusi Putih". Revolusi putih bertujuan meningkatkan pembangunan dan ekonomi Iran, namun justeru meminggirkan masyarakat bawah.
Para ulama yang punya peran signifikan di Iran disingkirkan. Pahlavi percaya diri karena secara umum didukung oleh kelompok kelas menengah atas yang pro monarki.
Menggunakan dinas rahasia Savac yang terkenal kejam, rezim Pahlavi bertindak keras kepada masyarakat yang tidak mendukung programnya. Dia juga memenjarakan dan membuang para ulama yang bersuara kritis, termasuk Khemenei, pemimpin tertinggi Iran saat ini.
Kala itu, Savac banyak mendapat bantuan dari dinas rahasia Israel Mossad. Israel pun membantu Iran dalam bidang pengairan dan Israel dikutip dari Al Jazeera.
Namun, represi kepada warga ditambah pengekangan para ulama berakumulasi sehingga menimbulkan revolusi Islam Iran dan menggulingkan kekuasaan Reza Pahlavi. Pascarevolusi, hubungan Iran Israel memburuk.
Kini anak dari Reza Pahlavi, yang juga bernama Reza Pahlavi, kelahiran Teheran 1960, menjadi penentang pemerintahan Iran saat ini.
Di tempat tinggalnya di Amerika bersama para pendukung monarki, Pahlavi junior sering mengecam pemerintahan Iran dan menyerukan hubungan dengan Israel. Dia pun pernah datang ke Israel dan bertemu PM Netanyahu. Namun suara Pahlavi junior ini tidak mendapat dukungan warga Iran.
(imf/bac)