Trump Kemungkinan Besar Tak Dapat Nobel Perdamaian, Ini Alasan Pakar

3 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut tak akan mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian atau Nobel Peace Prize, hal yang sangat dia idam-idamkan belakangan ini.

Para pengamat mengatakan Komite Nobel Norwegia kemungkinan besar tidak akan memilih Trump dalam nominasi kandidat tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profesor Swedia, Peter Wallensteen, yang merupakan pakar hubungan internasional, mengatakan kepada AFP bahwa Trump mungkin saja bisa mendapatkannya tahun depan jika ia berhasil mengatasi konflik Palestina-Israel.

"Tidak, pemenangnya tahun ini bukan Trump," ucap Wallensteen.

Ia mengatakan Trump tak akan dapat Nobel Perdamaian tahun ini karena agresi Israel di Gaza benar-benar berakhir.

"Namun bisa jadi tahun depan. Saat itu, debu akan mereda di sekitar inisiatifnya, termasuk krisis Gaza," lanjutnya.

Nobel Peace Prize adalah penghargaan yang diberikan setiap tahun kepada tokoh yang memiliki kontribusi luar biasa dalam mempromosikan perdamaian dunia, seperti upaya dalam diplomasi, penyelesaian konflik, hak asasi manusia, atau pengurangan senjata.

Penghargaan ini dibuat berdasarkan wasiat Alfred Nobel, seorang industrialis dan penemu dinamit asal Swedia yang menunjuk Norwegia, yang saat itu masih bersatu dengan Swedia, untuk mengelola penghargaan perdamaian. Ia percaya Norwegia lebih netral dan independen dalam urusan internasional.

Karenanya, Nobel Peace Prize diberikan oleh Komite Nobel Norwegia, yang terdiri dari lima anggota yang ditunjuk oleh Parlemen Norwegia. Para anggota biasanya tokoh politik, akademisi, maupun tokoh masyarakat terkemuka.

Trump beberapa waktu terakhir ngebet ingin mendapatkan penghargaan ini. Ia mengeklaim telah berhasil menyelesaikan delapan konflik di dunia selama masa jabatan keduanya sebagai Presiden AS.

Trump sampai membujuk negara-negara yang bersengketa untuk mengusulkan dia mendapat Nobel Peace Prize. Beberapa negara yang menominasikan Trump di antaranya Israel, Pakistan, dan Kamboja.

Kepala Peace Research Institute of Oslo, Nina Graeger, mengatakan upaya Trump mendamaikan konflik di dunia, khususnya di Gaza, pada faktanya belum sesuai dengan amanat Alfred Nobel.

"Kita telah menyaksikan kebijakan-kebijakan yang sebenarnya bertentangan dengan tujuan dan amanat Nobel, terutama untuk mempromosikan kerja sama internasional, persaudaraan bangsa-bangsa, dan pelucutan senjata," ucap Graeger.

Bagi Graeger, aksi-aksi Trump menyelesaikan konflik global masih jauh dari yang dimaksud Alfred Nobel.

Apalagi, aksi-aksi itu dilakukan sejalan dengan kebijakannya di dalam negeri yang menyengsarakan warga AS.

Beberapa kebijakan itu yakni penarikan AS dari organisasi internasional dan perjanjian multilateral, peluncuran perang dagang terhadap sekutu dan lawan Amerika, ancaman untuk merebut Greenland dari Denmark, pengerahan pasukan Garda Nasional ke kota-kota AS, serta serangan terhadap kebebasan berpendapat di kampus-kampus AS.

(blq/dna)

Read Entire Article
Entertainment |